Kampus perguruan tinggi merupakan suatu komunitas dan lembaga yang diyakini oleh masyarakat tempat berkumpulnya orang pandai, pintar, cerdik, smart yang doyan berbagi ilmu pengetahuan. Lembaga yang penuh dengan hasil kajian dan pengamat. Orang-orang yang berpandang jauh kedepan mendahului zamannya, bebas pengaruh politik, berkata dan berpendapat berdasarkan keyakinan ilmiah yang siap diuji secara ilmiah.
Masyarakat, yang ingin mengembangkan, dan meningkatkan kemampuan diri sangat membutuhkan siraman ilmu dari perguruan tinggi baik langsung dengan kuliah disana, atau tidak langsung dengan belajar secara mandiri dengan orang kampus, baik melalui buku, makalah, menganalisa hasil penelitian, seminar dan lain sebagainya.
Di Kampus berkumpul kreator, inovator, peneliti, penulis yang sangat berkeinginan hasil karyanya dinikmati oleh masyarakat, buah pikiranya dapat dilaksankan, sekurangnya menjadi inspirator bagi orang banyak. Baik berupa temuan teknologi yang sudah memliki hak cipta untuk diproduksi oleh industri, atau konsep buku yang baik untuk diterbitkan dan mengisi toko-toko buku dan perpustakaan dimana saja, konsep program yang bisa dilaksanakan oleh pemerintah atau swasta. Dari hasil jerih payahnya tersebut, mereka berpendapatan untuk melanjutkan dan mengembangkan penelitiannya, dan dapat mendidik anak biologisnya sebagai penerus generasinya, dan anak didiknya penerus pemikiranya ke genarasi berikutnya. Mereka berpendapatan lebih tidak untuk kaya tujuh turunan, tapi berpendapatan ia tenang mengajar, mendidik, meneliti, tanpa memikirkan dapur istrinya agar terus mengepul.
Dilain pihak industri juga membutuhkan hasil teknologi dari hasil pemikiran dan temuan anak bangsa yang pas diterpakan di negara sendiri atau negara lain, penerbit juga mengingikan konsep buku bermutu yang layak dipasarkan, LSM, swasta, dan pemerintah juga membutuhkan konsep program kreatif, inovatif yang dapat menyelesaikan sebahagian masalah bangsa yang berasal dari anak bangsa yang menengeti, memahami dan merasakan masalah tersebut.
Alumni, kalau ia benar-benar kuliah yang benar di perguruan tingginya, ia akan bangga dengan perguruan tingginya, dia ingin tetap belajar dari almamaternya, walau profesinya sudah macam-macam, domisilinya juga tersebar dari desa, kota bahkan diluar negeri, guru tidak pernah berhenti dalam hati anak muridnya, kendati anak muridnya sudah S3, guru SD nya tetaplah guru dalam hatinya yang selalu dihormatinya. Walau sudah jadi apa dia di masyarakat tetaplah mendapatkan siraman ilmu dari almamaternya, dan berkeinginan berinteraksi dengan almamaternya.
Kalau perguruan tinggi tidak menjadi menara gading, atau istana diatas awan, perguruan tinggi tersebut harus membumi, mengetahui harapan dan kebutuhan masyarakat, oleh sebab itu sangat dibutuhkan masukan dari alumni, dunia usaha, pemerintah dan masyarakat luas. Kebutuhan dan harapan itu dinamis, perguruan tinggipun harus dinamis, program perguruan tinggi yang berorientasi pada kebutuhan publik.
Media komukasi yang menjembatani lembaga / komunitas perguruan tinggi dengan publik dan alumninya yang murah dan menjangkau seluruh dunia adalah melalui internet. Internet di Indonesia sudah bisa masuk desa atau kecamatan barbagai lapisan masyarakat dapat mengakses.
Bagi kampus besar bisa memliki web karena harus membayar, kampus kecil bisa menggunakan blog sosial gratis.
Kampus di Indonesia sudah ribuan, seribu saja yang memliki web dan blog gratis yang menayangkan satu artikel atau makalah satu hari, akan bertebaran ilmu pengetahuan seribu satu hari, dua puluh lima ribu dalam satu bulan, tiga ratus ribu satu tahun yang berasal dari kampus, baik dosen maupun alumni. Yang semuanya itu meningkatkan kecerdasan bangsa.
Ratusan hak cipta dan ribuan pula konsep buku, ratusan pula konsep pemikiran/ide/program ter-promosikan (komunikasi), industri, penerbit, pengusaha, birokrasi atau publik.
Suatu malam saya gentayangan tengah malam di dunia maya ditemani Mbah Google ke berbagai situ perguruan tinggi di dalam dan luar negeri, sangat minim sekali yang saya temui seperti tulisan diatas, situs perguruan tinggi kebanyakan seperti surat kabar kampus yang memberitakan tentang kehidupan kampus, iklan program S2, S3, D3. Bahkan ada yang seperti situs purbakala, datanya sudah kedaluarsa, seperti kuburan tinggal yang sudah mati, tidak bisa diakses lagi atau tidak ada situs atau blognya.
Disisi lain saya gentayangan di blog sosial / pribadi, banyak dosen, peneliti, profesor, profesional, mahasiswa yang setia membagi ilmu kepada masyarakat secara gratis, dan diperbaharui tiap hari, kendati ada juga yang menjadi situs purbakala.
Kalau ada hakcipta, ide kreatif yang bisa dimanfaatkan oleh pihak lain secara komersial, dan bisa menjadi pendapatan bagi pencipta dan perguruan tingginya, termasuk konsep buku, tidak perlu diungkap panjang lebar, cukup disingkap alah kadarnya, untuk menarik minat awal bagi pengusaha yang akan dapat mengubungi penciptanya atau perguruan tinggi untuk dinegosiasi lebih lanjut. Maklum sekarang ini banyak pembajak, mereka mendapat untung besar dari pengorbanan/keringat orang lain, orang penemu dan perguruan tingginya gigit jari ditambah gigit lidah, makan hati berulam jantung.
Apakah benar sinyalemen saya itu, mari kita buktikan dan renungkan bersama. (Dasril Daniel, Jambi 190109)
Senin, 19 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar