Kamis, 26 Februari 2009

BIOPORI DI PERKEBUN SAWIT

Sebagaiman diketahui, tanaman kelapa sawit salah satu jenis tanaman yang sangat banyak menyerap unsure hara dan air, kelapa sawit ada yang mengklasifikasi tanaman yang kurang ramah lingkungan. Dewasa ini luas kebun kelapa sawit di Indonesia berkembang dengan pesat sekali sejalan dengan perkembangan permintaan terhadap crude palm oil (CPO) yang diolah lebih lanjut untuk berbagai jenis pangan seperti minyak goring, margarine, sabun, dan bahan baku penolong pada berbagai produk pangan. Akhir-akhir ini, CPO diolah menjadi bio-diesel dan green-diesel sebagai bahan bakar untuk transportasi dan industry, sebagai bahan pencampur atau pengganti bahan bakar fosil (BBM), yang lebih ramah lingkungan.

Karena tingginya animo masyarakat dan dunia usaha untuk membuka kebun sawit baru, luas kebun sawit yang ditaman pada lahan yang tingkat kemiringan tinggi. Akar sawit yang merupakan akar serabut, system perakarannya yang dangkal kurang mampu menahan air dalam tanah dan aliran air permukaan (run off) yang tinggi ketika hujan, sehingga bias menimbulkan banjir di hilir, terkikisnya permukaan tanah yang mengandung humus, keruh dan mendangkalnya sungai-sungai, dan dampak negative lainnya. Ketika musim kemarau lahan mongering, pertanaman sawit itu sendiri kekurangan air, sungai-sungai mendangkal, sungai sebagai prasrana transportasi menjadi terganggu.

Kedua kondisi diatas menyebabkan pupuk yang diberikan kepada pertanaman baik organic atau non organic menjadi berkurang efektifitasnya, hanyut (leaching) ketika musim hujan, dan kurang melarut ketika musim kemarau sehingga tanaman sulit menyerapnya. Seperti diketahui pupuk mahal, dan biaya pemupukan juga mahal. Pekebun sawit bias dapat untung dari usahanya, sedangkan masyrakat dan Negara rugi karena dampak lingkungan akibat perkebunan sawit. Tentu kondisi ini sama-sama tidak diinginkan oleh pekebun yang rugi karena pupuknya hanyut, kurang efektif, humus dikebunya menipis dengan cepat, sebaliknya masyarakat rugi kerena dilanda banjir pada musim hujan, kekeringan pada musim kemarau, transportasi sungai terganggu pada musim hujan dan kemarau panjang. Pemerintah juga rugi, biaya social yang dikeluarkannya lebih besar dari pajak dan retribusi yang diterima. Kalau dihentikan perluasan atau peremajaan sawit, mengakibatkan pertambahnya pengangguran dari sector hulu, hilir, jasa trasnportasi, dan jasa pendukung lainnhya, ekspor menurun, harga minyak goteng dalam negeri menjadi lebih tinggi. Keadaan yang saling merugikan ( loss-loss condition) atau makan buah simalakama.

Solusi yang saya tawarkan, adalah membuat biopori diantara pohon sawit dengan membuat lobang dengan bor tanah sedalam 1-1,5 meter, dengan diameter 10-15 cm, bagian atas diberi pipa paralon sepanjang 15 cm, agar lobang tidak tertutup oleh tanah yang runtuh dari sekitar lobang. Kedalam lobang dimasukan bekas pemberihan gulma di sekitar pohon sawit.

Manfaat yang diterima oleh pekebun adalah menyediakan pupuk organis bagi pertanaman, menyerap air hujan, sehingga berkurangnya aliran air dan masuk kedalam tanah, pada biopori akan berkembang cacing tanah yang akan mengurai bekas gulma dan tanah disekitar biopori yang dapat dimanfaatkan oleh pertanaman sawit, kapasitas penyimpanan air dalam tanah akan lebih besar yang bias dimanfaatkan oleh pertanaman pula, dan efektifitas pemupukan akan lebih baik. Perkurangnya air permukaan akan dapat mencegah banjir dan menghanyutkan humus atau bunga tanah di perkebunan sawit, dan hasilnya adalah produktivitas kebun sawit akan meningkat, perkebunan sawit akan lebih ramah lingkungan. Namun untuk membuat biopori tentu perlu biaya, saya kira biaya yang dikeluarkan oleh pekebun sawit akan lebih kecil dari manfaat yang diterima oleh pekebun dalam jangka panjang, apa lagi kalau disbanding dengan biaya lingkungan yang dikeluarkan pemerintah dan masyarakat karena bencana.

Saya sampai saat ini belum pernah membaca atau mendengar penggunaan biopori di kebun sawit, biopori dikembangkan di perkotaan untuk mengatasi, banjir perkotaan dan sekarang akan dikembangkan di Kebun Raya Bogor. Dengan analisa analogis, biopori ini bias dekembangkan pada perkebunan tanaman keras seperti sawit, karet, kelapa, kopi, rambutan, durian, dan tanaman keras lainnya. Semoga ada ahli agronomis, foretry dan ekonom pertanian yang menelitinya dan pekebun sawit yang mecobanya, semoga (Dasril Daniel, Jambi, 26 Februari 2009)

Sabtu, 21 Februari 2009

Fluktuasi Harga

Dewasa ini sering dipertanyakan, harga BBM turun, tetapi harga barang beluam turun, dan biaya teransportasi belum turun, seolah-olah harga barang dan biaya teransportasi sangat ditentukan oleh harga BBM. Dan yang mengkipas-kipas itu adalah “pakar”, “ekonom” apalagi politisi yang lebih lantang menjelang pemilu ini.

Kalau kita berpikir jernih, komponen BBM dalam harga barang tidak sebesar yang diperkirakan orang, termasuk dalam transportasi, sehingga turun naiknya harga barang adan jasa tidak selalu paralel dengan harga BBM. Banyak parameter yang membentuk harga barang dan jasa, seperti bahan baku, bahan penolong, upah, suplai, demand, cuaca, bea masuk, kurs valuta. Biasa saja BBM turun, tetapi nilai rupiah turun, sehingga komponen naik. BBM turun, banyak turun hujan, produksi pertanian terganggu, suplai berkurang, atau produksi pertanian di suatu daerah melimpah, tetapi di transportasi kewilayah konsumsi terganggu oleh banjir, tanah longsor atau gelombang tinggi, jadi tidak hanya ditentukan oleh harga BBM, yang sharing tidak seberapa.

Sering saya baca di media, harga BBM turun, tetapi sayur mayur, bumbu, gula, ikan dan lain-lain naik, pada kenaikan harga tersebut bukan ditentukan oleh harga BBM dan transportasi saja. Kalau untuk memahami naik turunya harga kita harus banyak data, dan korelasi data tersebut dengan kenaikan harga, dan banyak penyebab kenaikan harga tersebut sudah diluar kemampuan pemerintah untuk mengatasinya, siapapun pemerintahnya.

Dulu harga minyak bumi melambung tinggi, sampai 147 USD per barrel, sekarang melorot tajam pual sampai mendekati 30 USD per barrel dalam waktu yang relatif singkat, ekstrim naik dan ekstrim turun, pengalaman saya mengamati perubahan harga selama 25 tahun, setiap kenaikan harga yang ekstrim akan diikuti oleh melorotnya harga dengan ekstim pula, ini sering terjadi pada harga, cabe, bawang, sehingga para pedagang dan petani mengatakan komoditi judi. Sekarang berkembang pada harga minyak bumi. Energi selama ini berasal dari minyak bumi dan gas, sekarang berkembang energi dari batu bara, CPO, Jagung dan kedele. Maka harga minyak bumi dan harga komoditi lainnya tersebut saling berpengaruh, dan ekstrim-ekstriman pula diperparah dengan perubahan iklim yang ekstrim pula.

Bagi dunia usaha dan masyarakat yang disenangi adalah harga stabil, jadi ada pergerakan atau dinamika harga, tetapi tidak banyak, inflasi sekitar 2 persen pertahun, deflasi dan inflasi yang tinggi tidak diinginkan, yang sulitnya adalah perubahan cuaca yang ekstrim akibat pemanasan global tidak bisa dikendaliak manusia, apalagi pemerintah Indonesia.
Saat ini harga minyak bumi sudah sangat rendah, harga BBM yang sekarang banyak orang menganggap tinggi, seolah-olah pemerintah cari untung. (memangnya pemerinntah itu pedagang minyak), dan selama ini BBM disubsidi, jadi banyak pakar dan politisi meminta harga BBM dalam diturunkan lebih rendah, kelihatanya permintaan tersebut sangat logis.

Tetapi perlu diingat, dan mungkin pemerintah hati-hati kalau-kalau terjadi peningkatan harga minyak bumi yang naik ekstrim, dan kelebihan pendapatan yang ada sekarang ini bisa dipakai sebagai tambahan subsidi dimasa yang akan datang, sehingga kesetabilan harga BBM akan lebih terjamin, karena setiap kenaikan harga di Indonesia berimlikasi ekonomi, sosial dan politik yang tinggi, bahkan penurunan harga BBM juga buat ribut, dan tidak rasional.

Turunnya harga BBM, diluar negeri (negara maju) tidak membuat mobil lebih ramai di jalanan, karena permintaan karet juga terjadi penurunan yang tajam, di Indonesia sangat berbeda, penurunan harga BBM meyebabkan meningkatnya konsumsi BBM untuk transportasi, waktu BBM mahal Jakarta dan kota-kota besar berkurang kemacetannya, BBM turun sedikit saja Jakarta dan Kota besar lainnya kembali normal macetnya, memang kita ini tidak hemat energi.
[Dasril Daniel, Jambi, 21/02/09]

Minggu, 15 Februari 2009

HIMBAUAN APINDO YANG ANEH

Pemerintah, sudah memulai suatu gerakan penggunaan produksi dalam negeri, dan dalam waktu dekat akan diterbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB), para menteri terkait. Sesuatu yang akan mengerakan ekonomi nasional dalam mengatasi krisis, meningkatkan daya beli masyarakat, penyerapan tenaga kerja dan dampak positif lainnya, dan tentu membuka peluang pasar bagi dunia usaha.

Pada hari tanggal 15 Februari 2009, pada berita berjalan Metro TV, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menghimbau BUMN mempeloporinya. Bagi saya itu himbauan yang rada-rada aneh, pemerintah melakukan gerakan tersebut untuk menolong pengusaha yang sedang kesusahan, malah pengusaha sendiri yang melemparkan ke BUMN. Seharunya gerakan penggunaan produksi dalam negeri itu timbul dari pengusaha sendiri untuk meningkatkan pemasaran produk (barang dan jasa) yang dihasilkanya. Apakah dunia ini sudah terbalik-balik.

Kalau pengusaha Indonesia yang tergabung dalam APINDO tersebut sadar, bahwa pasar domestik adalah basis pasarnya, maka mereka harus menangguhkan pasar tersebut, sehingga Indonesia mempunyai ketahanan ekonomi, tidak dibiarkan pasar domestik yang digerogoti oleh produk-produk impor, seperti produk impor dari China.

Alangkah bijaknya APINDO menghimbau anggotanya untuk mempelopori penggunaan produk dalam negeri, kedalam dulu baru keluar. Tidak seperti sekarang orang dihimbau, kita tidak, sedangkan kebijakan itu untuk menolong kita, kasihan pemerintah yang seharusnya dibantu, ini malah tidak.

Bisa dipahami, karena sebagian anggota APINDO tersebut adalah importir barang konsumsi, dan mendapat untung banyak dari kegiatan impornya tersebut, mudah-mudahan tidak pula diantaranya penyelundup impor yang dapat untung berlipat-lipat dengan mengerogoti pendapatan negara dan membunuh produsen dalam negeri. Tetapi bagi importir tersebut bisa dihimbau untuk membangun industri di dalam negeri, dengan bekerja sama dengan prinsipal di luar negeri, sehingga akan dapat pula menyerap tenaga kerja dan pendapat bagi negara dari pajak. Kok tidak sayang ya dengan negeri sendiri.

Mari kita renungan bersama, kebijakan pemerintah yang begitu baik, begitu peduli kepada masyarakat kecil, dan tidak merugikan dunia usaha, malah ada yang tidak menyambut dengan keikhlasan, mau jadi apa bangsa kita ini. [Dasril Daniel, Jambi, 15/02/09]

GERAKAN PENGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI

Pemerintah dengan diterbitkannya sudah menerbitkan ketentuan penggunaan produksi dalam negeri, dan pemerintah telah pula membatasi impor dengan mengatur pelabuhan yang tertentu untuk impor, sehingga produk impor tidak leluasa masuk ke dalam negeri, hanya pada pelabuhan tertentu saja. Sedangkan barang impor yang dibutuhkan dan belum ada di produksi didalam negeri bisa masuk pada berbagai pelabuhan dengan dispensasi tertentu. Kebijakan itu agar tidak melanggar ketentuan WTO, kalau melanggar tentu kita disanksi. Instruksi presiden dalam penggunaan produksi dalam negeri tentu hanya untuk sektor pemerintah.

Pemerintah juga akan menstimulus perusahaan sepatu dengan menyiapkan suatu aturan pegawai menggunakan spatu dalam negeri, tentu saja mungkin dalam disediakan anggaran untuk membeli sepatu dinas. Kalau demikian, tentu pemerintah pusat hanya menyediakan anggaran untuk pegawai pusat, sedangkan daerah tidak akan terjangkau. Bisa dimaklumi adanya rencana pemerintah pusat itu, karena perusahaan sepatu dalam negeri sangat terpukul dengan krisis ekonomi global dan akan terjadi PHK massal yang bisa mencapai 30 persen dari buruh perusahaan sepatu.

Kebijakan pemerintah pusat tersebut tentu tidak cukup, karena pegawai yang terbanyak bukan pegawai pusat, tetapi pegawai daerah yang menyebar di seluruh Indonesia, dan pemerintah daerah yang selama ini memberikan pegawainya baju dinas setiap tahun, dan pakaian dinas tersebut tidakan akan lusuh bila dipakai setahun. Pemerintah daerah yang mungkin segera melakukan gerakan penggunaan sepatu dalam negeri dari mengalihkan anggaran baju dan jelana menjadi pembelian sepatu tanpa mengganggu anggaran. Rancan pemerintah pusat tersebut yang akan bisa direspon oleh pemerintah daerah.

Penggunaan produksi dalam nenegeri tidak selesai dengan kebijakan pemerintah saja, karena pemerintah tidak mungkin mengatur penggunaan produksi dalam negeri pada masyarakat dan swasta, karena akan ada aturan internasional yang akan dilanggar dan akan ada pengekangan pada masyarakat yang akan menimbulkan protes dari masyarakat. Seperti yang terjadi di AS sekarang masyarakat memprotes akan diterbitkan kebijakan hanya menggunakan produk Amerika saja.

Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, akan dapat mengurangi impor, meningkatkan cadangan devisa, menstabilkan nilai tukar rupiah. Nilai rupiah yang stabil dibutuhkan untuk mengerakan ekonomi masayrakat dan stabilitas ekonomi. Dengan ekonomi yang stabil akan ada pertumbuhan dan pembangunanan.

Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri akan menghidupkan produsen dalam negeri, mengurangi PHK, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan daya beli masyarakat, mengurangi penggangguran dan terciptanya pertumbuhan ekonomi dan meciptakan kesejahteraan masyarakat.

Kalau analisa terbalik, tidak menggunakan produksi dalam negeri, sedangkan produk tersebut ada buatan dalam negeri adalah orang yang tidak ingin mensejahterakan kehidupan masyarakat sekitarnya, orang yang ingin hidup ditengah kemiskinan, orang yang ingin menyesengsarakan saudara sendiri, orang yang membuat keluarganya menjadi pengangguran, yang pada gilirannya hidupnya tidak akan nyaman atau menyakitkan dirinya sendiri. Kalau menyakitkan diri sendiri adalah perbutan dosa. Perbuatan dosa adalah haram. Dosa adalah hal yang harus dihindarkan oleh semua penganut agama. Apa jadinya kalau majelis ulama atau mejelis agama-agama lainya mengharamkan penggunaan produk impor sepanjang ada produksi atau produk subsitusinya ada didalam negeri. Tentu akan diprotes ramai-ramai seperti fatwa rokok pula. Tentu bukan itu pula yang kita kehendaki hidup terkekang dengan yang haram-haram.
Oleh sebab itu jadikan prinsip dalam hidup selama ada produksi dalam negeri, penggunakan produk dalam negeri, itulah pengejawantahan rasa kebangsaan, rasa hidup senasib sepenanggungan, kalau mau Indonesia Negeri Nyaman Sejahtera. Dan itulah yang digerakan oleh Mahatma Gandhi dalam gearkan swadesainya, itu pula prisnsipnya hidup orang Jepang, dan Korea.

Dalam penggunaan produksi dalam negeri ada stigma negatif dalam masyarakat, yakni produk dalam negeri mutunya rendah dan harganya mahal. Kalau demikian maka tidak ada produksi dalam negeri yang bisa masuk pasar glabal atau ekspor, karena persaingan di pasar internasional sangat ketat baik mutu maupun harga. Itu adalah bukti mutu dan harga produksi dalam negeri bisa bersaing. Kendati barang jadi yang masuk ke pasar internasional dengan merek global, baik sepatu, garmen, makanan dalam kemasan. Karena pengusahan kita tidak percaya diri masuk pasar internasional, dan biaya promosi yang cukup tinggi.

Ironisnya, merek-merek asing itu digunakan juga didalam negeri tanpa mencantumkan buatan Indonesia (made in Indonesia, assembling in Indonesia, packaging in Indonesia) karena tidak percaya diri dan karena ada stigma diatas, sebagian masyarakat bangga menggunakan produk asing (mental anak jajahan barangkali), sehingga biaya royaltinya yang sangat besar dibayar kepada pemegang merek.

Bisa saja produksi dalam negeri harganya lebih mahal, karena produksinya yang terbatas, sehingga biaya produksi dan biaya pemasaran lebih tinggi per unitnya, dengan meningkatnya konsumsi produk dalam negeri tentunya harga akan lebih rendah.

Penggunaan merek asing, Indonesia di jadikan tukang jahit kampung, bahan, merek, desain dipegang oleh pemegang merek, dengan ketentuan yang sangat ketat, sehingga dengan mudah memutuskan hubungan kerja, hal ini terjadi pada garmen dan alas kaki, sekali memutuskan hubungan kerja terjadi PHK puluhan ribu, sudah selayaknya Indonesia mengembangkan merek sendiri, sehingga pasar lebih stabil.

Gerakan penggunaan produksi dalam negeri ini tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh dunia usaha, partai politik, organisasi masyarakat, pendidik, ulama dan tokoh agama dan gerakan semua orang semua warga bangsa, baik yang ada dalam negeri maupun di luar negeri, assosiasi pengusaha yang terhimpun dalam KADIN.

Masalah krisis global adalah masalah bersama bersama pula kita mengatasi, pemerintah nasioanal (pusat), pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat sesuai porsi kita masing-masing, insyaallah kita akan cepat keluar dari krisis ini.

Partai politik gunakan tema kampanye penggunaan produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengatasi pengangguran, dan mengentaskan kemiskinan. Siapa yang berani, itu partai yang pro rakyat, pro pengangguran, pro buruh, pro orang miskin. Siapa berani ???
[Dasril Daniel, 15/02/09]

Jumat, 13 Februari 2009

KOMUNIKASI POLITIK MENJELANG PEMILU

Kurang dua bulan menjelang Pemilu Legislatif tanggal 9 April 2009, sudah lebih banyak spanduk dan media komunikasi lainnya di jalan-jalan di seluruh pelosok tanah air, terutama di tempat konsentrasi penduduk yang rapat. Dan semakin banyak pula sosialisasi diri yang dilakukan para caleg, dimaklumi pada pemilu legislatif yang akan datang, pemenang ditentukan berdasarkan perolehan suara terbanyak, mempersibuk para candidat “memperkenalkan” diri.

Kesibukan memperkenalkan diri tersebut sangat pula dimaklumi, disamping saingan yang sangat benyak, juga karena banyak para caleg memang orang yang tidak dikenal di daerah pemilihannya, tidak pernah bersentuhan dengan masyarakat dan tidak ada pula jejak karier yang dikenal masyarakat bahkan oleh kader partai di daerah pemilihannya.

Dengan cara apa memperkenalkan diri, siapa patner yang akan digandeng, ya suasah, paner yang bisa digandeng adalah uang, semua menggunakan uang, semua diupah, tidak ada lagi sukarela, sehingga komunikasi politik sudah semakin sama dengan komunikasi pemasaran atau komunikasi bisnis, salah-salah terjebak pada politik uang. Pada komunikasi pemasaran pemasangan baliho, spanduk, umbul-umbul dan media komunikasi, pemerintah kabupaten/kota mendapat penerimaan dari pajak berupa pajak reklame, tetapi pada komunikasi politik pemda dapat repotnya, pada saatnya media kampanye ditinggalkan begitu saja dan mengotori kota. Pada saat yang akan datang sebaiknya juga memajaki media kampanye politik sama dengan media promosi laiinya, sekurangnya mendapat diskon tertentu, dan perlakukan saja perda yang ada, sehingga peletakan media kampanye terkendali dan PAD meningkat.

Menjelang pemilu semua caleg memperkenalkan diri dengan segala cara, dan dengan segala mendia, dan dengan segala pesan. Dua bulan mejelang hari pemungutan suara, sudah semakin jelas belangnya para candidat, ada yang suka cari salah orang, menyampaikan pesan tidak santun, menhalalkan segala cara dalam berkampanye sampai melanggara aturan, mengunakan uang dalam membujuk orang, mejadi legislator sebagai profesi, tidak sebagai wadah pengabdian dan segala macam cara memperlihatkan belangnya, sehingga mempermudah calon pemilih menentukan pemilih namun mungkin

Caleg idealis yang tidak akan naik kepermukaan, karena selama ini orang idealis tidak akan mampu membiayai kampanya yang biayanya sangat besar, barang kali masyarakat mencari tahu siapa caleg idealis tersebut untuk dipilih disamping caleh populer yang mampu membiayai kampanye, supaya tidak salah pilih wakil.

Dulu saya “memperkirakan” panwaslu, penyidik polri, jaksa, dan hakim tidak repot dengan adanya pemilu ini, tetapi perkiraan saya itu meleset, kenyataan bawaslu sudah mulai direpotkan menurukan media kampanye di tempat terlarang, penyidik, jaksa, dan hakim sudah repot, karena dibeberapa daerah sudah ada perkara pemilu masuk pengadilan.

Pemilu adalah pesta demokrasi, memestakan orang untuk menjadi orang terhormat, yang akan berkiprah di lembaga yang terhormat pula, tentu pemilu menjadi pesta orang beradab, penuh dengan sopan santun dan etikah, patuh dengan aturan, karena mereka itu akan membuat aturan di negara tercinta ini. Banyak orang akan gotong-royong suka-rela dalam mengsukseskan pesta tersebut, karena kalau pestanya gagal orang senegeri akan malu, pesta yang menyenangkan untuk semua orang, tidak pesta yang menyesakan dada karena suasana tidak nyaman, karena disuguhi pesan-pesan yang tidak membuat kalbu tenang.

Kapan ya, pemilu di negeri ini yang membuat orang nyaman, orang nyaman dalam menentukan pilihannya, dan nyaman pula sesudah pemilu, karena pilihannya kerja baik dan benar, lembaga legislatif diisi oleh orang baik dan benar, sehingga sesudah menentukan pilihannya ia tidak merasa berdosa karena memilih orang yang salah, sehingga memberi andil untuk kerusakan negeri, semoga saatnya nanti datang juga.

Ya Allah, ampuni kami yang salah memilih wakil kami di lembaga legislatif karena ketidak tahuan kami, dan kalau ia menyeleweng disaat menjadi legislator karena kami tidak berniat ia menjadi legislator yang menyeleweng, sehingga bangsa ini menjadi morat marit karenanya. Kami tidak ingin melalui tangan kami negeri ini rusak sehingga kami bersalah dengan ratusan juta warga negeri ini. Semuanya itu karena kenaifan dan kelemahan. Amiiiiiiin. [Dasril Daniel, Jambi, 13/02/09]

Senin, 09 Februari 2009

NEGERI SERBA SALAH

Suatu negeri di sudut bumi bernama Negeri Serba Salah. Di negeri tersebut tidak ada orang yang tidak salah, kecuali dirinya yang menyalahkan, apapun yang diperbuat atau dikatakan orang salah. Berbuat salah, tidak berbuat juga salah, cepat berbuat salah, lambat berbuat juga salah, yang tidak pernah salah adalah diri yang menyalahkan, yang lain salah. Kawan salah, lawan apalagi, saingan juga salah. Sehingga agar tidak salah orang lebih hati-hati bicara dan bertindak juga salah, penuh keyakinan tinggi slah, tergugup kerena sering disalahkan.
Setelah saya mencari-cari dimana salah negeri itu, entah betul entah salah, mungkin salah dan siap untuk disalahkan. Penyebabnya adalah mahalnya harga cermin, sehingga orang negeri serba salah tidak pernah bercermin diri, jadi ia tidak tahu salahnya, dan lebih sering mengunakan teropong serba salah, sehingga dapat melihat salah orang dan salah kecil terlihat salah besar.
Anehnya tidak satupun orang mau dikatakan salah, biar disamber gledek, atau coklat valentine juga tidak mau dikatakan salah, kalau ia ternyata salah, tetap juga tidak mau mengaku salah, kalau didesk terus maka ia akan mencari kambing hitam, karena kambing hitam dinegeri serba salah itu sangat murah dan paling murah.
Kambing hitam di negeri serbasalah tidak pernah mengembek karena lidanya sudah di jadikan sate, kambing hitam negeri serba salah tidak takut di tarik ke sungai, seperti kambing kambing negeri lain, rasanya telah mati sejak virus serba salah berkembang dinegeri serba salah.
Itu sedikit cerita tentang negeri serba salah, mungkin cerita ini salah, saya siap menerima salah, sebelum orang lain menyalahkan saya, kendati begini atau begitu cerita ini salah, karena saya menyampaikan dengan cara yang salah dan media salah.
Terjebak di negeri serba salah he he he. Siapa yang salah, dan akan salah besar kalau dikatakan Tuhan yang salah, saya ingatkan jangan salahkan Tuhan (Dasril Daniel, Jambi, 090209)

Minggu, 08 Februari 2009

BERBEDA PADA TATARAN, HARMONI TERCIPTA

SETIAP hari kita menikmati masakan dengan berbagai cita rasa, pada masakan tersebut ada berbagai bahan baik bahan utama maupun bumbu-bumbunnya, bila dimakan satu persatu dari komponen yang ada dalam masakan tersebut rasanya bisa tidak enak, rasa bumbu yang pedas menyengat, aroma bawang yang tidak enak, bau jengkol atau petai yang menyakitkan hidung, rasa garam yang asin, rasa pare yang pahit, rasa cuka yang asam, kecap yang asin, terasi dengan rasa yang tidak kakru-karuan.
Sebelum belum dimakan bahan pembangunan makanan itu ada yang keras, ulet, lembut, cair, kristal dan hampir tidak ada yang enak kalau dimakan mentah, tetapi setelah dimasak oleh juru masak yang pandai, rasanya menjadi enak nikmat yang membuat lidah berdecak-decak, sesudah makan menimbulkan gairah baru, kalau kekenyangan jadi susah berdiri.
Ada kalanya dari bumbu yang sama, dengan cara masak yang berbeda menghasilkan masakan yang berbeda, walau bahan baku yang sama dan takaran sama hasil berbeda oleh juru masak yang pintar, tetap enak.
Ada lagi bahan sama, cara masak sama berdasarkan resep yang sama, juru masak juga sama, perbedaanya hanya berbeda waktu memasukan yang berbeda kendati urutan sama, juga akan menghasil cita rasa yang berbeda, oleh juru masak yang pakar, hasilnya juga enak. Kita yang tidak pandai memasak menghasilkan masakan yang tidak enak.
Kemudian, wadah yang digunakankan juga berbeda beda, ada yang pakai panci, wajan, belanga, dan ada pakai kompor gas, bara api, kayu bakar, oven, presscooker dan lain, tidak semuanya pas, juru masak yang smart sangat tahu dengan wadah apa dia memasak.
Hikma dari masakan diatas adalah :
Pertama masakan yang nikamat itu dihasilkan dari berbagai perbedaan, jadi untuk menghasilkan yang lebih baik diperlukan perbedaan.
Kedua, masing-masing komponen perbedaan itu sering kali tidak enak, namun kalau pandai mengkelolanya, yang tidak enak menjadi enak
Ketiga, kalau dalam suatu diskusi atau perbedaan ada momennya, kalau momennya tepat perbedaan menjadi harmoni, tetapi asal beda pada waktu yang tidak tepat juga tidak menhasilkan sesuatu yang baik, jadi momentum juga perlu diperhatikan agar menhasilkan masakan yang enak tersebut.
Keempat, perbedaan tersebut tidak bisa disembarang tempat, ada berbeda di kampus, berbeda di parlemen, berbeda dipartai, berbeda dirumah tangga, berbeda di ruang publik, berbeda di media masa. Kalau tempat berbeda kita jaga, harmoni akan tercipta perbedaan yang harmoni. Saya ingat kata-kata Bung Hatta menasehati waktu terjadi peristiwa PRRI di Sumatera Barat, kata-kata beliua “bergelutlah dalam tikar yang selembar” dalam pengertian berbeda pada tempatnya, jangan sampai keluar dari koridor. Kalau bergelut dihalam, jangan sampai ke jalan raya, tentu akan berbahaya.
Kelima adalah perbedaan itu dapat menjadi harmoni, kalua cerdasnya pemimpin yang mengelola perbedaan terbut, sehingga menghasilakan yang harmoni, kalau dia tidak pandai mengelola perbeda juga tidak menhasilkan yang nikmat.
Harmoni dalam perbedaan tersebut juga ada dalam konser atau orkestra, perbedaan dalam alam, perbedaa dalam tari, perbedaan dalam drama. Pada hakikatnya sama.
Apa yang terjadi pada bangsa kita sekarang, berbeda dalam rumah tangga, dibawa kemedia masa, seperti di infotimen, bukan tambahnya baik, tetapi malah cerai, berbeda pendapat ilmiah seharunya di mimbar perguruan tinggi, dibawa di media masa, dimedia masa yang mendengar dengan tataran yang beragam, menjadi ribut.
Berbeda di parlemen, di bawa dimedia masa, yang seharusnya pada sidang tertutupa dibicara pada sidang terbuka, karena ada kebebasan bicara yang dilindungi hukum atau ada kebebalan hukum bicara dalam kebebasan berbicara.
Perbedaan dalam partai juga dibawa ke kemasyarakat, juga membuat masyarakat galau, yang berbeda menjadi berkelahi akhirnya keluar dari partai dan membuat partai baru, suatu saat negeri ini menjadi negeri 1001 satu partai, kalau pemilu, kertas suara seluas lapangan bulutangkis.
Kita juga berbeda dalam satu negara di bawa ke fora internasional, akhirnya diadu-adu negara lain yang punya kepentingan.
Berbeda dalam tataran hukum, berbeda yang tidak dalam tataran hukum, maka terjadi makar, anarkisme, tuntut menuntut di pengadilan dan lain sebaginya.
Kalau mau masalah tidak menjadi melebar-lebar berbeda pada tempatnya, berbedalah pada momennya, berbeda pada tatarannya, berbedalah pada tikar yang selembar, akan menimbulakan harmonis, dinamika, kreativitas, inovasi dan membahagiakan orang banyak, membahagiakan kita semua. Perbeda itu penting, tinggal bagaiman kita semua memenej perbedaan, kita semua pemimpin pada tataranya, pandai-pandailah mengelola perbedaan, kalau kita tidak mau dibakar oleh perbedaan tersebut.
Pepatah Minang, mengatakan bersilang api dalam tungku, maka apinya hidup, perbedaan pada tataranya dinamika, untuk mencapai tujuan, tetapi api dalam tungku tidak bisa dikelola dengan baik bisa apinya padam, nasi tak masak, atau apinya besar dapurnya yang terbakar.
Kita semuanya pemimpin, kita yang membuat visa bangsa ini tercapai, atau kita dihancurkan oleh pecah belah yang kita buat sendiri. Terserah kita, karena nasib bangsa ditangan kita, apakah rumah bangsa ini kita bakar, sehingga anak cucukita tidak punya rumah bangsa lagi, atau kita pelihara dan renovasi (baca refrmasi) menjadi rumah yang nyaman untuk kita dan anak cucu kita kelak. Itu pilahan kita. [Dasril Daniel, Jambi, 080209}

Selasa, 03 Februari 2009

KAMPANYE PEMILU ALTERNATIF 2

SEPANJANG jalan dan persimpangan dimana-mana kita melihat berderet-deret baliho politik dalam rangka kampanye calon legislatif, semuanya untuk menarik perhatian calon pemilih, sedangkan yang menyangkut pesan-pesan substansial seperti track-record, misi, tekad kalau mereka berhasil menjadi anggota legislatif hampir tidak ada. Semuanya menampilkan foto diri terbaik dengan latar belakang identitasi partai perahunya, kadang ditambah dengan latar belakang foto tokoh pimpinan tertinggi partai atau tokoh terkenal atau tokoh yang dikenal masyarakat lokal. Apakah salah ? ya tidak salah.
Tetapi saya teringat teknik periklanan masa lalu yang terkenal, yakni “Kecap No 1” tanpa mencantumkan komposisi isi kecap, dengan latar belakang ibu-ibu cantik sedang memasak. Jadi iklannya hanya untuk menarik perhatian orang banyak, karena mereka kebanyakan bukan tokoh atau idola anak muda yang dikenal masyarakat karena belum banyak atau belum berbuat kepada masyarakat. Sangat bisa dipahami.
Diperhatikan pada media masa cetak dan elektronik, apa lagi semenjak majelis ulama memfatwakan tidak ikut pemilu haram, tentu berlaku untuk umat Islam. Perdebatannya adalah kemungkinan yang akan menjadi golput tersebut adalah pemilih pemula. Kalau pendapat itu bisa diyakinkan para caleg, sasaran kampanye adalah untuk anak muda tersebut. Teori komunikasi pemasaran mengatakan kampanye (periklanan, promosi) harus fokus pada target pasar.
Kalau ada caleg akan fokus pada target pemilih anak, maka penampilannya seperti yang diinginkan anak muda, seperti pakai pakaian minim, modist, kalau perlu berpakaian seperti pesta Hallowen (berpenampilan setan), tidak pakai jas, berpeci, pakai kebaya dan yang sopan-sopan lainnya. Atau berpenampilan semi porno (undang-undang pornografi apakah sudah diundangkan atau diperlakukan ?)
Kalau dengan penampilan pakaian minim itu dijamin akan menarik perhatian masyarakat dan jadi buah bibir masayarakat, maka yang bersangkutan mendapat iklan gratis. Kalau penampilan yang sangat menarik masyarakat dijamin pula bila ditempatkan pada simpang yang ramai banyak terjadi kecelakaan, karena perhatian menuju baliho yang bahenol tersebut.
Tentu dengan harapan waktu hari pencontrengan banyak orang yang ingat pada baliho politik yang berani dan aneh tersebut, banyak anak muda mencontreng yang berkampanye tersebut, dan ia dapat suara yang banyak, melebihi kebutuhan, dan mungkin bisa dijual kepada caleg separtai (apakah ada aturanya di partai atau tidak saya tidak tahu) dapat uang lagi.
Siapa berani mecoba kampanye “aneh” , “kreatif” atau “gila” seperti diatas tersebut, mumpung orang sekarang tidak peduli cara yang penting hasil.
Ini ide gila, aneh atau kreatif, entahlah, kata sebagiaan orang sekarang “zaman edan”, ya edan-edanan saja, yang penting menang, atau ada yang mengatakan sekarang zaman “jahiliyah” ya jahil saja, yang penting menang. Mumpung belum ada yang coba, coba-coba tarik perhatian publik, walau tidak menang, tapi jadi terkenal, uang habis masih ada untungnya, he he he.
Saya tidak menganjurkan, Cuma mengajak berpikir kreatif dan alternatif.(Dasril Daniel, Jambi, 030209)

Senin, 02 Februari 2009

PERAN STAF AHLI PEMERINTAH DAERAH

Staf ahli Kepala Daerah,suatu jabatan baru sesuai dengan PP 41 Tahun 2008 secara teoritis suatu jabatan yang sangat strategis, karena merupakan “otak” atau “konsultan” Kepala Daerah dibidang tertentu atau bisa disebut juga tim kreator di pemerintah daerah.
Tetapi yang sebenarnya adalah tergantung kepada kepala daerah dan staf ahli tersebut.
1. Kalau kepala daerah tidak memilih berdasarkan keyakinan ia mampu dan mempunyai keahlian dibidangnya, tentu kepala daerah tersebut sudah apriori terlebih dahulu, sehingga tidak akan memperhatikan masukan dari yang bersangkutan. Seharus hal yang demikian tidak perlu terjadi kalau kepala daerah objektif dalam memilih orang yang diangkat, tetapi bisa dengan alasan lain kepala daerah menunjuk dan mengangkat orang tersebut, akibat staf ahli tidak berfungsi dan bisa frustasi.
2. Stah ahli sendiri, kalau mereka menyikapi jabatan staf ahli adalah suatu amanah dan cocok dengan keahliannya, ia bisa bekerja mereka akan tenang sebagai staf ahli, sebaliknya kalau yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan sebagai staf ahli, masih merasa pejabat struktural yang punya power, anak buah, berbagai fasilitas ; tidak mampu segera beradaptasi dengan jabatan baru, staf ahli menjadi jabatan neraka ber AC, atau frustasi sepanjang hari, tidak produktif dan akan semakin jauh dengan kepala daerah, sebaiknya cepat minta pensiun.
Tugas Staf Ahli, harus sesuai dengan Tupoksi staf ahli tersebut, nomenklatur dan tupoksi staf ahli masing-masing daerah tidak sama, namun sebagai garis besar kelaziman pada Kementrian atau Departemen adalah.
a. Memberikan masukan kepada kepala daerah baik diminta maupun tidak. (proaktif dan kretifitas sendiri) sesuai bidang keahliannya.
b. Memberi pertimbangan tertentu terhadap sesuatu kasus, diminta atau tidak kepada kepala daerah.
c. Masukan tersebut baik secara lisan maupun secara tertulis secara langsung, karena tidak etis staf ahli memberi masukan kepada kepala daerah diketahui olah orang banyak. (bagaimana pula memberi nasehat/masukan dengan bersorak) kecuali kepala daerah yang meminta pendapat pada rapat.
Staf ahli bisa bekerja bila mereka terbuka dengan semua data/informasi yang ada di pemerintah daerah tersebut maka semua unit harus terbuka informasi kepada staf ahli. Data/informasi yang dibutuhkan staf ahli tidak selalu tersedia, maka seluruh SKPD terkait harus mau memberikannya.
Dan sebaliknya seorang staf ahli secara proaktif mengumpulkan data dan informasi sesuai dengan bidang tugasnya dari berbagai sumber seperti koran lokal, koran nasional dan koran daerah lain, internet dan sumber-sumber lainnya. Suatu kasus yang terjadi diderah lain tidak tertutup kemungkinan akan terjadi pula didaerah sendiri. Dengan mengkaji hal-hal yang terjadi daerah lain, staf ahli sudah punya konsep pemecahan, bila ada kemungkinan akan terjadi didaerah sendiri, staf ahli telah memberi masukan kepada kepala daerah, sehingga kepala daerah tidak terdadak dengan keadaan yang tidak diinginkan.
Staf ahli juga mengamati perkembanga didaerah lain, dengan demikian akan ada ide-ide kreatif dari staf ahli yang disampaikan kepada kepala daerah, bila ide tersebut bisa diterima oleh kepala daerah, tentu akan ditindak lanjuti oleh unit yang bertanggung jawab.
Semuanya ini dikerjakan sendiri, tanpa ada staf. Semenjak pengumpulan data/informasi, mengolah, menganalisasa, sampai menyajikan kepada kepala daerah baik lisan atau tulisan. Bila direspon oleh kepala daerah, maka staf ahli sendiri yang berargumen tanpa bantuan orang lain pula.

Kalau demikian tugas seorang staf ahli, mecari seorang ahli tidaklah mudah, apalagi kalau di kabupaten/kota . Sumber daya manusianya sangat terbatas karena:
1. Terbatasnya seorang ahli untuk spesialis tertentu di Pemerintah Daerah, dengan latar belakang keilmuan dan pengalaman yang pas, karena pejabat umumnya orang generalis lebih cendrung memehami manajemen/administrasi pemerintah. Sedangkan staf ahli adalah pegawai negeri sipil aktif. Namun staf ahli dapat konsultasi kepada pakar yang ada didaerah tersebut.
2. Di rekrut dari perguruang tinggi kuat dengan ilmiah, tetapi kurang memahami administrasi/ manajemen pemerintah dan aturan-aturan yang melekat. Tetapi mereka sudah biasa kerja mandiri, menganalisa dan menulis.
3. Sumber staf ahli lainnya adalah widyasura di Diklat Pemda, sebagian dari widiyaswara telah unzur, tidak mengikuti perkembangan pemerintahan dan tenaga yang potensial pun terbatas. Kalau widyasura yang tidak pernah bekerja di operasional, mereka akan seperti dosen perguruan tinggi.
4. Yang mendekat ideal adalah mantan pejabat eselon II atau mantan pejabat esolon III senior yang masih aktif. Kelemahannya adalah, mereka ini sudah tidak biasa kerja sendiri, terbiasa menggunakan staf yang banyak, sudah sudah tidak terlatih lagi melakukan analisa dan menulis laporan, dan kebanyakan tidak bisa atau terbiasa menggunakan ICT.
Kelemahan dari nomor 4 ini akan dapat diatasi dengan:
a. Melengkapi satu kelompok staf ahli dengan staf pelaksana orang yang bisa menggunakan komputer untuk pengetikan, jemput-jemput data ke instansi dan membantu untuk mejelajah di internet.
b. Kepala daerah secara proaktif meminta pendapat para staf ahli, sehingga staf ahli merasakan manfaatnya dalam organisisi, membangkitkan harga diri, dengan demikian mereka akan sangat produktif.
c. Staf ahli baik perorangan maupun bersama diikut sertakan pada rapat staf terkait, sehingga akses informasi kepada mereka terpelihara. Dalam hal ini juga termasuk mengikut sertakan staf ahli dalam kunjungan kerja dan membuat laporan sendiri, bisa saja laporan staf ahli berbeda dari laporan staf tidak masalah, karena sudut pandang yang berbeda, staf struktural ada kepentingan, staf ahli netral saja, sehingga laporan HBS dapat dikurangi.
d. Memfasilitsi staf ahli melakukan pengamatan di masyarakat, dunia usaha, karena laporan staf ahli yang berdasarkan keahlinnya akan sangat berguna sebagai Second Opinion bagi kepala daerah.
e. Staf operasional sangat sibuk dengan kesehariannya, sedangkan staf ahli mengamat, menganalisa segala hal, maka staf ahli akan banyak mengeluarkan ide kreatif dalam koridor kebijakan yang ada, maka staf ahli difungsikan sebagai tim kreator pemerintah daerah.
Kepala daerah kurang baik membunuh karahter seorang staf ahli, dengan menjadikan mereka ketimun bungkuk dalam organisasi, karena apapun dan bagai manapun staf ahli dipilih, ditunjuk dan diangkat oleh kepala daerah, artinya kalau staf ahli dijadikan ketimun bungkuk yang salah kepala daerah karena tidak bijak dan teliti waktu memilih.
Staf ahli bisa dan biasa mengeluarkan pendapat yang berbeda dengan kepala daerah, karena memandangnya berbeda, pandang yang berbeda itulah yang akan dapat menyempurnakan kebijakan. Perbedaan pendapat dengan staf ahli diperlukan kalau organisasi mau jalan dengan baik.
Namun staf ahli juga punya etika, antara lain
1. Tidak boleh membocorkan apa-apa yang diimput kepada kepala daerah apa lagi kepada media massa, kecuali atas kehendak kepala daerah. Jadi masukan kepada kepala daerah sebaiknnya langsung, tidak dibaca oleh orang lain.
2. Jangan kecewa masukan dari staf ahli tidak dilaksanakan oleh kepala daerah, karena ada pertimbangan lain, yakini diri masukan staf ahli sudah menjadi pertimbangan oleh kepala daerah, dan yang bertanggung jawab adalah kepala daerah, bukan staf ahli.
Tulisan ini sebagai wacana saja, semoga bermanfaat (Dasril Daniel, Jambi, 020209)

Minggu, 01 Februari 2009

BERUPAYA, BERDOA, BERSYUKUR dan BERBAGI

Orang bijak mengatakan “di ujung pendakian ada penurunan dan di ujung penurunan ada pendakian” kemudian mereka mengatakan “waktu mendaki siap untuk menurun dan setiap menurun siap untuk mendaki”, kalau tidak mau ketinggalan dari orang lain, atau tergagap karena datangnya suatu kedaan yang terjadi. Setiap saat tidaklah sama, tetapi ada tantangan masing-masing.
Budayawan Prof. DR Soejoko almarhum pada suatu tulisan mengatakan “susah itu diantara dua senang, senang itu diantara dua susah”. Ada rasa senang karena ada rasa susah, rasa susah itu karena ada rasa susah, waktu seorang mensyukuri senang karena bisa membanding dengan rasa susah, susahpun diperlukan dalam kehidupan. Orang yang senang selalu tidak bisa menikmati senang, orang susah melulu tidak bisa pula merasakan sakitnya susah.
Seorang akan merasakan nikmatnya punya gigi yang sehat dan berfungsi, ketika mereka suatu saat mereka sakit gigi, sehingga ia akan berupaya merawat giginya. Susah, senang, sakit, sehat, nyaman dan sejenisnya adalah kata sifat, yang harus punya pembanding, oleh sebab itu tanpa pembanding tidak bisa dirasakan.
Maka itulah apa pun yang didapat perlu disyukuri, karena apapun itu ada gunanya. Sakit gigipun ada gunanya, yaitu untuk lebih menikmati gigi sehat. Puasa yang laparpun ada gunanya, untuk menikmati kenyang. Kenikmatan kenyang bagi orang yang tidak pernah lapar sangat rendah, tetapi bagi orang yang berpuasa sehari penuh, atau orang miskin yang tidak betemu makan, rasa kenyang sangat tinggi. Bagi mereka sebungkus Nasi Padang jauh lebih nikmat dari orang kaya yang sekali makan di restoran terkenal dengan harga 1 juta rupiah sekali makan. Disana letak adilnya Tuhan. Bisa memberi kenikmatan yang luar biasa bagi orang yang bersyukur.
Sebaliknya orang kaya yang makanannya enak, tetapi dirasasakan seperti makan sekam, karena ia tidak bersyukur atas nikmat Tuhan itu. Orang gelandangan yang menerima keadaanya dengan keichlasan, tidunya jauh lebih nyenyak dari orang kaya yang tidur dirumah mewah yang tidak pernah bersyukur. Tapi kalau sama-sama bersyukur, kalau sudah tertidur nyenyak apapun sataus sosialnya rasanya sama, yakni tidak ada rasa. Itulah adilnya Tuhan.
Oleh sebab itu apa perlu hidup ini “ngoyo” dan tidak pernah syukur, ngotot untuk mencapai sesuatu sehingga stress, dipresi, hipertensi, stroke dan akhirnya “dead”. Apakah tidak sebaiknya berupaya, berdoa, bersyukur, berbagi dengan yang lain, ujung-ujungnya bahagia, umur efektif lebih panjang.
Bandingakan keadaan sekarang, krisis ekonomi global akibat orang-orang serakah, hedonis, kapitalis, neo liberal dinegara maju yang tidak pernah bersyukur, setiap saat berburu kenikmatan diri sendiri tanpa henti, bersyukur dan berbagi, akhirnya jatuh oleh kayanya, jatuh oleh kuasanya dan sakitnya dirasakan banyak orang yang tidak tahu apa-apa dan juga dirinya sendiri dan sakit orang lain itu pun juga kembali kepada mereka, berupa hidup tidak nyaman dikejar-kejar hutang, pintu rumah sakit jantung dan rumah penjara menunggu dengan dengan sabar untuk menyedot kebahagiaan, kebebasan, kehormatan dan hartanya dengan sabat dan setia.
Tinggal pilihan kepada kita, Tuhan sudah memberikan petujuk dalam kitab suci yang mungkin jarang dibaca, dan tidak dipahami secara utuh.[Dasril Daniel, Jambi, 010209]

METODA KAMPANYE ALTERNATIF

Sudah lama berlangsung kampanye pemilu, ada satu gaya yang sama dari seluruh caleg, yakni pencalegkannya atas kehendaknya, bukan atas kehendak partai atau orang lain, ia men-caleg karena ada agenda, kampanye sekadar memperkenalkan diri kepada calon pemilih dengan harapan tentunya akan mencontreng nomor calegnya. Kemudian mereka mengemis doa dan dukungan. Ada yang mengemukakan organisasi yang dipimpinnya. Celeg terkesan mengkampanyekan partai pengusung.
Anggota legislatif adalah orang yang akan mewakili konsetuenya lembaga legislatif, seharunya dari mulai pencalegkan mereka atas kehendak dirinya, sehingga pribadi, kelompok, komunitas atau organisasi yang mendukung itu yang lebih aktif berkampanye untuk orang yang dipercaya mewakilinya dalam lembaga legislatif, kesan itu tidak ada termasuk partai pengusung. Mungkin itu yang sebenarnya caleg yang sangat berkeinginan menjadi anggota legislatif karena ada sesuatu yang diharapkan sehingga tidak malu-malu memohon doa dan dukungan, ironi sebenarnya karena menjadi anggota legislatif terkesan sebagai profesi, mata pencaharian alternatif atau tambahan, sehingga mereka dengan modal tertentu berupaya memenangkan pemilihan dan menggaji team sukses dan konsultan kampanye.
Seharunya (eh siapa pula yang mengharuskan) tim sukses yang mengumpulkan dana, berkampanye dan menggaji konsultan untuk memperjuangan orang yang diidolakan, dipercaya yang akan memenangkan pemilu, mereka yang berkeringat memperjuangkan pemimpin mereka masuk ke lembaga legislatif untuk memperjuangakan aspirasi mereka (hal ini mungkin ada didunia khayal atau dunia idealis, tidak disini dan sekarang).
Kalau ditanya kepada para caleg mereka menjawab ada tetapi dalam diam dan dalam bentuk uang yang disalurkan kepada partai atau tim sukses. Saya yakin itu, pertanyaanya apakah karena keyakinan luhur membela, karena rayuan, setengah memaksa, atau janji-janji tertentu (yang paling tahu tentu mereka dan Tuhan).
Katakan ada, pakai sebagai bahan kampanye, pada baliho, leaflet, brosur, baju kaos dan media lainnya: seperti kata-kata:
“Seluruh anggota dan pengurus organisasi anu mendukung Pak Fulan menjadi caleg no sekian, partai Nyiur Melambai no sekian, semoga memperjuangkan penciptaan lapangan kerja ….”, atau
“Prof Dr Kepala Botak mendukung ……….” Atau
“Masyarakat RT – RW --- Kelurahan Kolong Langit mendukung ……” atau
“Tuan Pendek Cebol ketua organisasi akar rumput mendukung …….. dan lain sebagainya.
Tidak perlu direkayasa, karena akan berbalik kalau ternyata tidak ada, tapi siapa saja yang menyatakan dukungnya dibuatkan pernytaannya, sekurangnya yang mendukung tersebut orang tua, paman, keluarga, teman sesama komunitas, atau organisasi yang ia pimpin. Cari pilihan kata yang enak dan tidak berdampak negatif dari aspek hukum.
Kalau seperti diatas kesannya mereka orang yang tepat, karena tokoh, organisasi, atau pribadi banyak yang mendukung. Dan tidak perlu mencantumkan gambar tokoh, nanti orang salah persepsi, waktu pencontrngan gambar tokoh yang dicari.
Kebanyak yang sekarang ada gambar para celeg di latar depan, gambar tokoh dilatar belakang, yang terkesan menjual tokoh, tidak punya keyakinan diri, sehingga belindung dengan tokoh yang ada di latar belakang, kadang tokoh yang sudah meninggal pula dan tidak pernah berhubungan
(nasib ya nasib, mungkin yang terkesan mungkin yang sebenarnya, seperti buah manggis saja jumlah pancaran bintang sama dengan jumlah bijinya, tidak tampak orang sudah bisa menghitung)
(Dasril Daniel, Jambi, 010209)