Selasa, 13 Januari 2009

KEBUTUHAN, KEINGINAN DAN HARAPAN TANPA BATAS

Manusia yang utuh terdiri dari tiga unsur (a) pisik (badan dan komponennya), (b) rasa (qalbu, qalbu bukan hati/liver) dan (c) otak / pemikiran / nalar (otak tidak sama dengan benak, binatang punya benak tetapi tidak punya otak). Pisik, rasa dan pemikiran manusia ini selalu berubah, maka dikatakan manusia selalu berubah.
Perubahan pisik, rasa dan pemikiran tersebut menyebabkan manusia selalu berubah kebutuhan, keinginan dan harapannya. Dan manusia selalu berupaya memenuhi kebutuhan, keinginan harapannya yang selalu berubah tersebut. Pada hakikatnya kebutuhan, keinginannya tersebut tidak terbatas. Jadi sudah tidak terbatas dan selalu berubah, itulah yang dikatakan dinamika hidup.
Kebutuhan, keinginan dan harapan yang tidak terbatas dan selalu berubah tersebut tidak akan pernah mampu dipenuhi oleh kemampuan dirinya sendiri maupun alam termasuk oleh orang lain. Kalau kebutuhan, keinginan, dan harapan tersebut diperturutkan oleh individu manuasia ia akan menjadi manusia serakah, hedonis, stress terus menerus, lebih buas dari binatang buas dan akan merugikan orang lain yang lebih lemah. Maka waktu itu ia memperlakukan hukum rimba, hukum sigaragai, hukum seenaknya dewek, makan akan tercipta masyarakat amburadul, jahiliyah yang akhirnya membunuh dirinya sendiri dan peradaban.
Oleh sebab itu diperlukan agama dan moral untuk mengenadalikan kebutuhan, keinginan dan harapan yang tidak terbatas, atau manusia harus berhenti pada saat tertentu untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapannya yang tidak terbatas, dengan mengikuti koridor agama, moral, yang akan menimbulkan rasa syukur, maka ia akan hidup bahagia, dan akan pula membahagiakan orang lain. Pada saat itulah dunia menjadi syorga.
Paham liberal telah membuat manusia jadi hedonis dan serakah, sehingga mereka mengkonsumsi sumber daya alam berlebihan, yang menyebabkan pemanasan global, rusaknya lingkungan, kelaparan dimana-mana, ketidak adilan. Timbulnya negara-negara miskin, kawasan-kawasan miskin, dan orang-orang miskin seperti terjadi dewasa ini, yang pada giliranya membuat hidup tidak nyaman, maka dunia menjadi neraka. Secara global tanda-tanda itu telah mulai dirasakan sekarang, dewasa ini rasanya tidak ada tempat yang nyaman dimuka bumi, selalu ada ancaman, seperti ancama bencana alam akibat pemanasan global, ancaman perang, kerusuhan dan teror.
Jangan salahkan Tuhan, jangan salah alam, yang salah adalah umat manusia karena tidak mengindahkan kaidah-kaidah agama, moral dan kebutuhan, keinginan, harapan dan hak-hak orang lain.
Sebelum neraka dunia ini datang dalam bentuk yang lebih dahsyat, mari kita merenung dan memperbaiki diri, diri sendiri, keluarga, masayarakat, bangsa dan seterusnya. Berhenti menjadi manusia serakah, karena manusia serakah berarti membunuh diri sendiri dan orang lain, menyakitkan diri sendiri dan orang lain, menekan diri sendiri dan orang lain dan seterunya.
Mari kita bangun sorga didiri kita, keluarga dan orang lain untuk kita nikmati bersama, dengan mengendalikan diri dan bersyukur,
Bersyukur dengan apa yang ada, bersyukur dengan meliahat orang lain yang lebih sengsara, mendapatkan kebahagian dengan membantu orang yang susah, mengajar orang yang membutuhkan, menolong orang lemah, membantu orang yang membutuhkan bantuan, menolong dengan apa yang dapat menolong, sekurangnya menebar senyum kepada orang lain, tidak menyusahkan orang lain, mendoakan yang baik untuk kebaikan orang lain, mengucapkan kata-kata santun kepada orang lain dengan keikhlasan, syorga menjelang di hati kita masing-masing. Syorga dunia atau kebahagiaan itu ada dihati kita masing-masing bukan di kekayaan, kepintaran, atau kemolekan atau keperkasaan pisik.[Jambi, 130108]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar