Senin, 05 Januari 2009

HIDUP ADALAH PERSAINGAN, JADILAH MANUSIA TANGGUH

Semenjak lahir kita sudah mulai persaingan dalam hidup, persaingan tersebut akan belanjut terus sampai menghembuskan nafas terakhir. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai daya saing tinggi, mereka orang-orang tangguh, mampu bertahan dengan segala suasana dan berhadapan dengan siapa saja.
Waktu masih kecil, masih jadi baji, balita, anak-anak kita bersaing mendapatkan perhatian orang tua dan orang-orang sekitar, berebut makanan yang diberikan ibu dengan saudara atau teman, berlomba dengan kawan dan sebagainya. Yang mendapat segalanya anak-anak yang berdaya saing tinggi, yang bertahan hidup adalah anak-anak yang fisiknya tangguh.
Masuk sekolah, sampai menamatkan kuliah terjadi lagi persaingan, persaingan mendapat nilai yang tinggi untuk menjadi juara kelas, atau indeks prestasi yang tinggi, hanya orang-orang berdaya saing tinggi yang jadi juara kelas atau indek prestasi tinggi dan orang-orang tangguh yang dapat menamatkan pendidikan. Orang miskin bisa jadi juara, orang miskin bisa menamatkan pendidikannya sampai S3, tetapi banyak orang pintar dan anak orang kaya yang tidak dapat menamatkan pendidikannya.
Setelah tamat pendidikan, masuk kemasyarakat, untuk jadi pegawai pemerintah atau karyawan swasta terjadi persaingan, karena banyak pelamar, terjadi lagi persaingan. Setelah menjadi pegawai bersaing prestasi dengan kawan sekerja untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi dengan harapan pada suatu saat mendapatkan jabatan puncak.
Ada yang menjadi olahragawan,mereka bertanding, berlomba, mereka itu bersaing untuk menjadi juara, dari juara klub, lokal, nasional, regional sampai juara dunia.
Sebagian diantara kita berprofesi sebagai pengusaha, sebagai pengusaha apa saja semenjak petani, penambang, pedagangan, industri, pengusaha jasa. Tiap hari bersaing, kalau mereka tidak mampu bersaing, usahanya akan hancur, produknya tidak laku dipasar, mereka tidak mendapatkan keuntungan yang layak. Usahanya berkembang dari usaha kecil menjadi pengusaha besar dan konglomerat.
Berorganisasi, berpolitik, akan selalu bersaing, bersaing untuk mendapatkan simpati masyarakat, anggota organisasi, sehingga jabatanya selalu naik dari anggota, bisa jadi pengurus, bisa jadi ketua pada ranting, cabang, wilayah sampai pengurus pusat. Bisa menjadi anggota DPRD, DPR, walikota/bupati, gubernur, menteri, jabatan politik lainnya sampai jadi presiden.
Profesi apa saja juga akan ada persaingan, jadi dokter, guru, hakim, jaksa, arsitek, peneliti, dosen dan sebagainya juga terjadi persaingan untuk mendapatkan tempat terhormat.
Manusia dengan makhluk hidup yang lainpun terjadi persaingan untuk dapat menghirup udara segar dan mendapatkan makanan, manusia pada saat tertentu bisa kalah dengan binatang atau tumbuhan, ia dimangsa oleh makhluk hidup yang lain sehingga sakit oleh kuman, virus, dipatuk ular, dimakan hiu atau buaya karena tidak kuat bersaing.
Suami istripun bersaing dalam menghirup udara segar dalam kamar tertutup atau oksigen terbatas, siapa paru-parunya tidak kuat, ia akan sasak napas.
Persaingan itu diperlukan, dengan adanya persaingan ada dinamika hidup, dengan adanya persaingan manusia mandapat kebahagian, dengan persaingan akan tercipta kemajuan. Tuhan pasti sengaja membuat perbedaan untuk terjadi persaingan, malah Tuhan menyuruh umat manusia untuk bersaing, bersaing membuat kebaikan dan beramal kepada orang lain, Tuhan melarang pemusuhan, berlawanan, dan bersaingan untuk menghacurkan yang lain.
Bersaing dalam hidup ibarat orang lomba lari, atlit lain tidak diganggu, tidak dilumpuhkan atau diganjal kakinya sehingga ia jatuh. Ia lari di jalurnya, kita lari dijalur kita, tidak perlu memikirkan dan berusaha menghambatnya, yang penting kita berfikir dan belatih dan menguatkan fisik kita sendiri. Menang tanpa berniat, berfikir dan bertindak yang merugikan orang lain, yang dipikirkan dan dilakukan adalah kita jadi pemenang.
Seorang pengusaha, berfikir dan berniat akan membunuh saingan, pikiran dan energinya akan habis untuk membunuh sainganya, saingan selalu ada dan banyak, saingan belum tahu mati, ia mati lebih dahulu. Orang yang berfikir dan berniat mengganggu, membunuh saingan apa lagi melakukannya. Saingan belum tertentu terganggu, belum tentu mati, atau habis semua saingan dimukan bumi ini, ia mati dulu. Orang yang berniat dan berpikir mengganggu dan membunuh saingan itu adalah orang yang iri, dengki, orang sakit jiwa, yang ia dibunuh oleh penyakitnya sendiri.
Untuk memenangkan persaingan baik perorangan adalah dengan meningkatkan daya saing diri sendiri, dengan meningkatkan kemampuan fisik, selalu belajar, berpikir kreatif, inovatif dan selalu membantu atau meringan orang lain, dan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan orang lain kepada kita, kita akan memenangkan persaingan hidup ini.
Dalam berorganisasi juga demikian, organisasi yang sukses adalah organisasi yang dapat meringankan beban masayarakat, dapat memenuhi kebutuhannya. Organisasi yang berguna bagi masyarakat.
Akhirnya orang yang paling berdaya saing adalah orang yang paling berguna di masyarakat, organisasi atau partai politik yang berdaya saing tinggi partai politik yang paling berguna oleh rakyat, bangsa dan negara.
Tentara pun tidak diniatkan untuk membunuh dan menyerang orang atau negara lain, bagi orang beradab tentara untuk mempertahankan diri dan menjaga kemanan dan pertahanan bangsa dan negara, bagi bengsa dan negara beradab perang adalah jalan terakhir apabila jalan damai atau diplomatik gagal. Hanya bangsa dan negara yang tidak beradab dan berperi kemanusian saja yang mengunakan tentara untuk menyerang negara lain.
Orang yang akan masuk syurga adalah orang yang menjalankan kaidah agamanya dengan demikian juga orang yang beramal kepada kepada orang lain dan lingkungannya dengan ikhlas karena Tuhan-nya. Jadi untuk berdaya saing tinggi diperlukan pula keikhlasan yang tinggi.
Dalam bersaing, karena persaingan itu sepanjang hayat dikandung badan, bukan sesaat, maka orang yang sabar dan isqamah pula yang akhirnya memenangkan persaingan didunia, dan mendapat kebahagian didunia dan akhirat, semoga kita masuk orang yang berdaya saing tinggi. Amin.***
Jambi, 05/01/09

2 komentar:

  1. kalah ojo dendam, menang ojo ngasorake. Begitu falsafah saking tanah jowo

    BalasHapus
  2. ya, begitu mas, budaya kita tinggi, tapi salah kaprah melihatnya, suka melecehkan budaya sendiri, menyanjung budaya orang secara berlebihan, akhirnya rendah diri sendari

    BalasHapus