Minggu, 02 November 2008

FLUKTUATIF HARGA HASIL PERTANIAN

Dewasa ini terjadi penurunan dengan sangat tajam harga komoditi pertanian, baik di pasar global, nasional maupun lokal. Hampir semua harga komoditi terjadi penurunan harga yang sangat tajam, terutama hasil perkebunan dengan tujuan pasar luar negeri seperti sawit (CPO), karet, kopi, cassiavera dan lain sebagainya.
Fluktuatif harga hasil pertanian merupakan hal yang lazim terjadi, karena itu untuk memahami keadaan tersebut ada suatu disiplin ilmu, yakni ilmu ekonomi pertanian, pemasaran hasil pertanian dan turunanannya, namun tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan disiplin ilmu lain.
Terjadinya fluktuatif hasil pertanian tersebut karena banyak parameter yang bermain, sebagian diantaranya tidak dapat dikendalikan oleh manusia, apa lagi oleh pemerintah dan petani sendiri. Parameter tersebut antara lain produksi, iklim, komoditi substitusi, perkembangan ekonomi global dan nasional, dinamika pasar, spikulan di pasar berjangka, jumlah petani yang sangat banyak, dan lain sebagainya.
Produksi hasil pertanian tidak bisa stabil, karena dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Pemanasan global yang menyebabkan terjadi perubahan pola iklim global dan cuaca lokal, sehingga bisa mengganggu produksi. Akhir-akhir ini terjadi perubahan iklim dan semakin sulit untuk diprakiraan, sehingga produksi hasil pertanian sulit pula untuk diramal. Pada tahun 2007 terjadi iklim yang kurang bersahabat, turun produksi pertanian, sehingga harga melambung, sebaliknya pada tahun 2008 iklim sangat baik, sehingga produksi melonjak, dan harga tertekan.
Alasan diatas, tidak cukup. Akhir-akhir ini, produk pertanian tidak saja digunakan untuk pangan dan industri konvensional, tetapi juga digunakan sebagai bahan bakar, seperti CPO dan kedele untuk bio-solar, jagung untuk bio-etanol. Keadaan yang kurang aman di Timur Tengah, menyebabkan suplai minyak bumi (crude-oil) terganggu, sehingga harga bahan bakar fosil mejadi melambung, CPO, kedele dan jagung diolah menjadi bio-energy, harga komoditi utama dan substitusinya juga melambung tinggi, sampai pakan dan produk ternak juga melambung.
Awal dari krisis finansial di Amerika Seraikat akhir tahun 2007, para fund-manager di AS yang biasa bermain di pasar saham dan pasar valuta, bermain di pasar komoditi sehingga harga minyak bumi dan harga komoditi termasuk hasil pertanian juga melambung. Sebaliknya pada pertengahan 2008, produksi pertanian meningkat, suplai minyak bumi tidak terganggu, batu bara sebagai sumber energi alternatif produksinya meningkat, para fund-manager melepas komoditinya dipasar future, akhirnya harga komoditi pertanian terjun bebas, juga harga bahan bakar minyak, gas dan batu bara.
Tidak cukup itu alasanya. Harga bahan bakar yang tinggi, harga pokok hasil industri dan biaya trasnsportasi menjadi tinggi, sehingga turun permintaan dipasar, industri mengurangi produksi, terjadinya pengurangan tenaga kerja, sehingga daya belipun bertambah tertekan. Harga BBM yang sangat tinggi, penggunaan kendaraan pribadi terutama dinegara yang tidak memberikan subsidi untuk BBM. Sehingga permintaan terhadap energi-fosil, bio-energi, karet dan lain-lain menjadi sangat berkurang dan tentu, harganya tertekan pula.
Perubahan nilai tukar mata uang juga akan mempengaruhi harga hasil pertanian, terutama untuk komoditi yang masuk pasar global, baik ekspor maupun impor, tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi, jadi bukan sektor riil saja yang mempengaruhi harga sektor finansial dan moneter juga mempengaruhi harga hasil pertanian.
Pada produk pertanian tahunan atau tanaman semusim, juga terjadi fluktuatif produksi, bila harga yang tinggi, mendorong petani menanam komoditi tersebut lebih banyak, musim berikutnya terjadi kelebihan pasokan di pasar dan harga turun, kemudian waktu harga rendah, petani kurang tertarik menanam, musim berikutnya suplai berkurang, harga melambung. Secara ekstrim bisa terlihat pada tanaman cabe, bawang, sayur, palawija. Pengaturan pola tanam untuk solusinya tidak akan pernah bisa diwujudkan.
Kalau demikian solusinya adalah atur suplai, minyak bumi bisa diatur pasokan oleh OPEC, namun sering tidak efektif, apalagi hasil pertanian, disamping produsennya yang luar bisa banyaknya yang terseber diberbagai daerah, wilayah dan negara. Sifat proses produksi hasil pertanian yang memakan waktu bertahun-tahun untuk tanaman keras seperti sawit, karet, kopi, coklat dan lain-lain serta tanaman tahunan atau atau tamaman semusim seperti padi, jagung, kedele, dan lain lain juga membutuhkan waktu berbulan-bulan dalam proses produksi. Semuanya tidak mungkin dihentikan, kalau dihentikan pemerintah mana yang mampu untuk mengganti kerugian petani, dan lembaga internasional mana yang bersedia dan mampu, pasti tidak ada.
Analisa-analisa diatas masih belum cukup, banyak hal lain yang perlu dikaji, kalau dikaji terus tidak pernah akan selasai, karana banyak fakto, dan faktor-faktor itu tidak berdiri sendiri, tetapi saling mengkait dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu agar dapat lebih komprihensif berbagai ahli duduk bersama untuk diskusi.
Pasar tidak biasa dikendalikan, produksi juga tidak bisa dikendalikan, makan harga hasil pertanian akan tetap berfluktuasi sesuai dengan mekanisme pasar global dan nasional.
Negara atau pemerintah untuk mengurangi resiko flutuatif harga komoditi pertanian itu mengambil kebijaksanaan tarif (pajak ekspor dan impor), kebijaksanaan non tarif yang tidak bertentangan kesepakatan internasional, seperti memberikan subsidi kepada petani untuk komoditi tertentu, kemudahan kredit dengan bunga murah, pengendalian impor komoditi tertentu dengan alasan lingkungan, kesehatan, pembatasan pelabuhan impor, importir atau eksportir terdaftar, standar mutu, karantina dan lain sebagainya.
Bagi petani untuk mengurangi resiko, dengan usaha tani poly-culture atau penganeka ragaman usaha atau komoditi, seperti satu keluarga petani atau satu unit usaha tani tidak hanya mengusahakan satu komoditi, tetapi beraneka ragam, petani karet atau sawit juga berternak, tani pangan, usaha perikanan. Sehingga satu komoditi harganya jatuh, ada usaha tani lain yang menopang ekonomi keluar atau usaha tani.
Ganjang ganjing ekonnomi global sekarang ini apa yang akan terjadi pada minggu, bulan atau tahun depan, analis ekonomi pertanian mungkin bisa melakukan membuat berbagai alternatif kemungkinan yang akan terjadi, sehingga pemerintah dan petani atau orang-orang yang bergerak pada bisnis pertanian bisa waspada dan mengambil sikap dengan resiko yang minimal, dan tidak terdadak. Tetapi pakar yang mau untuk itu dan terpublikasi masih langkah, yang banyak mengkritik apa yang sudah terjadi dan mencari kesalahan diluar dirinya atau lembaga tempat mereka bernaung, tidak melihat keadaan secara proaktif, nasib (Jambi, 31 Agustus 2008)
dasrildaniel@yahoo.co.id