Tuhan mentakdirkan adanya perbedaan, perbedaan tempat di muka bumi, menjadikan perbedaan jenis tanah dan iklim yang menyebabkan berbeda komoditi unggulan dimasing-masing tempat yang kemudian terjadi perdagangan antar daerah, terjadi industri pengolahan sehingga hasil pertanian bisa lebih tahan lama untuk diperdagangan ketempat yang jauh, terjadi proses nilai tambah, perbedaan mata pencaharian dan profesi, sehingga manusi saling membutuhkan sesamanya dan terjadi dinamika hidup.
Manusiapun ditakdirkan berbeda secara individu secara genetis dan sosial, hampir tidak ada manusia yang betul-betul sama kendati ia dilahirkan dengan kembar identik. Manusia memiliki sidik jari, suara, bentuk, rupa dan lain tidak ada yang sama. Dengan ketidaksamaan itu setiap manusia unik, khas. Dengan keunikan itu kalau berhadapan dengan manusia juga perlakuannya khusus. Manusia diberi nama, dengan nama mempermudah berkomunikasi dan mengidentifikasinya.
Manusia dan binatang diberi kelamin, wanita dan pria. Hewan juga begitu, masing masing kelompok membutuhkan. Apa jadinya kalau manusia hanya satu kelamin saja. Wanita tidak akan membutuhkan pria dan begitu pula sebaliknya. Dengan saling membutuhkan terjadilah harmoni dalam hidup.
Binatang kadang kala dianggap sama, sama bentuk, rupa dan suaranya. Tidak demikian menurut peternak. Seorang peternak sapi yang memeiliki sapi ratusan ekor ia mampu mengidentifikasi ternaknya.
Kita perhatikan lingkungan kita, hewan termasuk manusia mengeluarkan CO2 waktu bernafas, sebaliknya tumbuhan menyerap CO2 dan mengeluarkan 02 yang dibutuhkan manusia.
Menusia butuh hewan dan tanaman untuk kelangsungan hidupnya baik untuk pangan, maupun untuk sandang dan perumahan. Sebenarnya mereka butuh manusia untuk memenje mereka agar mereka lestari dalam hidup ini.
Georafis yang berbeda dipermukaan bumi yang bulat ini, untuk terjadi perbedaan dan agar dengan perbedaan itu akan saling membutuh-kan. Kalau keadaan geografis sama, produk yang dihasilkan akan sama, siapa lagi yang memproduksi, tidak perlu distribusi. Produksi dendiri konsumsi sendiri.
Ada dataran tinggi yang menghasilkan komoditi tertentu, ada dataran rendah dan pantai menghasikan pula komoditi tertentu, laut dan sungai menghasilkan produk perikanan. Untuk manusia saling membutuhkan. Pepatah mengatakan ikan dilaut, asam digunung bertemu dalam belanga, semuanya untuk manusia. Rasa yang berbeda diramu dalam satu masakan oleh orang yang bijak dalam mengharmonikan rasa akan menjadi hidangan yang sedap.
Dalam harmoni tidak berarti harus sama. Pada makanan misalnya, tidak perlu bumbu sama dengan bahan pokoknya, tetapi bumbu kendati sedikit sangat diperlukan dalam masakan. Bayangkan dalam suatu hidangan tidak ada garam, kendati kebutuhan terhadap garam tersebut tidak sebanya ikan atau daging. Hidangan tanpa garam akan jadi hambar dan tidak mengairahkan untuk disantap. Kendati garam kaum minoritas tetap dibutuhkan.
Dalam kehidupan sosial juga demikian. Status sosial dan profesi manusia berbeda-beda. Tidak ada profesi yang satu lebih hina dari yang lain. Bayangkan kalau tidak ada petani yang bermandikan lumpur dan keringat untuk menghasilkan pangan para orang kaya, konglomerat, pejabat tinggi, pakar sekalipun tidak akan makan dan akhirnya mati.
Bagaimana dengan tukang angkat, apakah semua orang bisa mengangkat barang sendirian. Tentu saja tidak. Bayangkan tidak ada petugas kebersihan yang bersedia mengumpulkan sampah yang berserakan dan diproduksi oleh semua rumah tangga. Satu minggu saja kalau itu terjadi di Jakarta, Jakarta akan kotor dan bau busuk menyengat dimana-mana, tikus dan lalat berkeliaran sampai kamar tidur dan ruang makan. Hidup menjadi tidak nyaman. Apa pun profesi tukang sampah yang sering dilecehkan, sangat dibutuhkan dalam hidup. Kalau mau hidup harmoni danbahagia jangan lecehkan apapun profesinya.
Bagaimana dengan profesi penjahat misalnya, apa juga dibutuhkan. Dengan adanya penjahat, manusia jadi waspada dalam hidup, untuk memberi rasa aman dibutuhkan peralatan seperti pagar, pintu, kunci-kunci, alarm dan sebagainya dan berkembang pula industri alat kemanan tersebut, menyerap tenaga kerja dan memeberi kehidupan bagi orang lain baik di industri, distrubusasi, jasa pertukangan. Timbul pula profesi seperti satuan pengamana, pengawal pribadi, polisi, jaksa, hakim, sipir penjara, pengcara dan lain sebagainya. Adanya orang jahat sekalipun membuat dunia ini jadi dinamis.
Ada kaya ada miskin, yang kaya suka melecehkan yang miskin, coba dibayangkan semua orang sama kayanya, atau sama miskinnya, maka akan terjadi hidup sangat individual. Orang miskin punya kelebihan seperti tenaga dan mau mengerjakan pekerjaan apa saja. Yang kaya punya kelebihan ada uang yang bisa membelanjakan uangnya untuk apa saja, mereka saling membutuhkan dan bisa menciptakan keharmonisan. Kelebihan di masing-masing pihak menjadi ladang amal juga untuk akhirat.
Imajinasi kita layangkan apabila setiap manusia tiba-tiba punya kepandaian dan kepintaran yang sama, baik sama-sama pintar atau sama sama bodoh, sama-sama tahu, sama-sama bisa. Maka tida ada guru, dosen, pembimbing, instruktur, peneliti, penulis. Tidak ada pula lembaga penelitian, pendidikan, komunikasi informasi. Apa pula jadinya dunia dan kehidupan ini, pasti tidak enak. Orang bodoh dibutuhkan orang pandai untuk diajarnya, sebaliknya orang bodoh membutuh-kan orang pandai untuk mengajar atau membimbingnya. Ada harmoni dalam kehidupan.
Orang tidak pernah sakit, atau orang sakit-sakitan saja. Orang tidak pernah sakit profesi dokter, perawat, apaoteker, dukun tidak dibutuhkan, klinik pengobatan, rumah sakit, apotek, laboratorium kesehatan, industri obat, pedagang obat, fakultas kedoteran, farmasi bubar jalan. Terjadi pengangguran, orang sakit saja memberi kehidupa pada yang lain.
Rambut sama hitam, pendapat berbeda-beda, sesuatu yang harus diterima dalam kehidupan dan akan selalu ada. Perbedaan itu timbul karena beda ilmu pengetahuan, pengalaman, ideologi, tujuan hidup, kepentingan dan lingkungan. Perbedaan itu diperlukan untuk saling mengisi kekurangan, maka perbedaan itu menjadi hikma. Tetapi perbedaan itu tidak disikapi dengan baik perbedaan itu akan menjadi petaka. Kuncinya mau mendengan, memahami perbedaan, mementing orang banyak dari diri sendiri, cari titik temu dari perbedaan dengan kepala dingin, mengemukakan kebaikan bersama dan mau mengalah untuk kebaikan bersama dan adanya keikhlasan.
Apapun profesi dibutuhkan oleh manusia. Kaya miskin, kuat lemah, sakit senang, pintar bodoh sesuatu yang relatif, maka ia akan tetap ada. Relatifitas itu membuat kehidupan. Kata kuncinya sadari kita saling membutuhkan, maka saling menghargai, berikan sesuatu pada yang lain, sehingga mereka hidup layak, kendati miskin.
Perbedaan akan saling mengenal, membantu, memberikan kehidupan, dan dianmika hidup. Perbedaan yang disikapi dengan sikap positif perbedaan akan menjadi harmoni kehidupan yang dinamis.
Berbeda bunyi dan nada bila dikelola dengan baik akan menghasilkan simpfoni yang indah. Berbeda rasa bila dikelola dengan baik menghasilkan hidang yang sedap. Berbeda pendapat bila dikelola dengan baik akan menjadi dinamik dan menemukan sesuatu yang lebih baik yaitu kemajuan bersama
Perbeda yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan centang-perenang dan bahkan mala petaka. Kelola perbedan, manage konflik dengan baik, hidup akan harmoni dan penuh rahmat.
Minggu, 04 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar