Minggu, 02 November 2008

FLUKTUATIF HARGA HASIL PERTANIAN

Dewasa ini terjadi penurunan dengan sangat tajam harga komoditi pertanian, baik di pasar global, nasional maupun lokal. Hampir semua harga komoditi terjadi penurunan harga yang sangat tajam, terutama hasil perkebunan dengan tujuan pasar luar negeri seperti sawit (CPO), karet, kopi, cassiavera dan lain sebagainya.
Fluktuatif harga hasil pertanian merupakan hal yang lazim terjadi, karena itu untuk memahami keadaan tersebut ada suatu disiplin ilmu, yakni ilmu ekonomi pertanian, pemasaran hasil pertanian dan turunanannya, namun tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan disiplin ilmu lain.
Terjadinya fluktuatif hasil pertanian tersebut karena banyak parameter yang bermain, sebagian diantaranya tidak dapat dikendalikan oleh manusia, apa lagi oleh pemerintah dan petani sendiri. Parameter tersebut antara lain produksi, iklim, komoditi substitusi, perkembangan ekonomi global dan nasional, dinamika pasar, spikulan di pasar berjangka, jumlah petani yang sangat banyak, dan lain sebagainya.
Produksi hasil pertanian tidak bisa stabil, karena dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Pemanasan global yang menyebabkan terjadi perubahan pola iklim global dan cuaca lokal, sehingga bisa mengganggu produksi. Akhir-akhir ini terjadi perubahan iklim dan semakin sulit untuk diprakiraan, sehingga produksi hasil pertanian sulit pula untuk diramal. Pada tahun 2007 terjadi iklim yang kurang bersahabat, turun produksi pertanian, sehingga harga melambung, sebaliknya pada tahun 2008 iklim sangat baik, sehingga produksi melonjak, dan harga tertekan.
Alasan diatas, tidak cukup. Akhir-akhir ini, produk pertanian tidak saja digunakan untuk pangan dan industri konvensional, tetapi juga digunakan sebagai bahan bakar, seperti CPO dan kedele untuk bio-solar, jagung untuk bio-etanol. Keadaan yang kurang aman di Timur Tengah, menyebabkan suplai minyak bumi (crude-oil) terganggu, sehingga harga bahan bakar fosil mejadi melambung, CPO, kedele dan jagung diolah menjadi bio-energy, harga komoditi utama dan substitusinya juga melambung tinggi, sampai pakan dan produk ternak juga melambung.
Awal dari krisis finansial di Amerika Seraikat akhir tahun 2007, para fund-manager di AS yang biasa bermain di pasar saham dan pasar valuta, bermain di pasar komoditi sehingga harga minyak bumi dan harga komoditi termasuk hasil pertanian juga melambung. Sebaliknya pada pertengahan 2008, produksi pertanian meningkat, suplai minyak bumi tidak terganggu, batu bara sebagai sumber energi alternatif produksinya meningkat, para fund-manager melepas komoditinya dipasar future, akhirnya harga komoditi pertanian terjun bebas, juga harga bahan bakar minyak, gas dan batu bara.
Tidak cukup itu alasanya. Harga bahan bakar yang tinggi, harga pokok hasil industri dan biaya trasnsportasi menjadi tinggi, sehingga turun permintaan dipasar, industri mengurangi produksi, terjadinya pengurangan tenaga kerja, sehingga daya belipun bertambah tertekan. Harga BBM yang sangat tinggi, penggunaan kendaraan pribadi terutama dinegara yang tidak memberikan subsidi untuk BBM. Sehingga permintaan terhadap energi-fosil, bio-energi, karet dan lain-lain menjadi sangat berkurang dan tentu, harganya tertekan pula.
Perubahan nilai tukar mata uang juga akan mempengaruhi harga hasil pertanian, terutama untuk komoditi yang masuk pasar global, baik ekspor maupun impor, tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi, jadi bukan sektor riil saja yang mempengaruhi harga sektor finansial dan moneter juga mempengaruhi harga hasil pertanian.
Pada produk pertanian tahunan atau tanaman semusim, juga terjadi fluktuatif produksi, bila harga yang tinggi, mendorong petani menanam komoditi tersebut lebih banyak, musim berikutnya terjadi kelebihan pasokan di pasar dan harga turun, kemudian waktu harga rendah, petani kurang tertarik menanam, musim berikutnya suplai berkurang, harga melambung. Secara ekstrim bisa terlihat pada tanaman cabe, bawang, sayur, palawija. Pengaturan pola tanam untuk solusinya tidak akan pernah bisa diwujudkan.
Kalau demikian solusinya adalah atur suplai, minyak bumi bisa diatur pasokan oleh OPEC, namun sering tidak efektif, apalagi hasil pertanian, disamping produsennya yang luar bisa banyaknya yang terseber diberbagai daerah, wilayah dan negara. Sifat proses produksi hasil pertanian yang memakan waktu bertahun-tahun untuk tanaman keras seperti sawit, karet, kopi, coklat dan lain-lain serta tanaman tahunan atau atau tamaman semusim seperti padi, jagung, kedele, dan lain lain juga membutuhkan waktu berbulan-bulan dalam proses produksi. Semuanya tidak mungkin dihentikan, kalau dihentikan pemerintah mana yang mampu untuk mengganti kerugian petani, dan lembaga internasional mana yang bersedia dan mampu, pasti tidak ada.
Analisa-analisa diatas masih belum cukup, banyak hal lain yang perlu dikaji, kalau dikaji terus tidak pernah akan selasai, karana banyak fakto, dan faktor-faktor itu tidak berdiri sendiri, tetapi saling mengkait dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu agar dapat lebih komprihensif berbagai ahli duduk bersama untuk diskusi.
Pasar tidak biasa dikendalikan, produksi juga tidak bisa dikendalikan, makan harga hasil pertanian akan tetap berfluktuasi sesuai dengan mekanisme pasar global dan nasional.
Negara atau pemerintah untuk mengurangi resiko flutuatif harga komoditi pertanian itu mengambil kebijaksanaan tarif (pajak ekspor dan impor), kebijaksanaan non tarif yang tidak bertentangan kesepakatan internasional, seperti memberikan subsidi kepada petani untuk komoditi tertentu, kemudahan kredit dengan bunga murah, pengendalian impor komoditi tertentu dengan alasan lingkungan, kesehatan, pembatasan pelabuhan impor, importir atau eksportir terdaftar, standar mutu, karantina dan lain sebagainya.
Bagi petani untuk mengurangi resiko, dengan usaha tani poly-culture atau penganeka ragaman usaha atau komoditi, seperti satu keluarga petani atau satu unit usaha tani tidak hanya mengusahakan satu komoditi, tetapi beraneka ragam, petani karet atau sawit juga berternak, tani pangan, usaha perikanan. Sehingga satu komoditi harganya jatuh, ada usaha tani lain yang menopang ekonomi keluar atau usaha tani.
Ganjang ganjing ekonnomi global sekarang ini apa yang akan terjadi pada minggu, bulan atau tahun depan, analis ekonomi pertanian mungkin bisa melakukan membuat berbagai alternatif kemungkinan yang akan terjadi, sehingga pemerintah dan petani atau orang-orang yang bergerak pada bisnis pertanian bisa waspada dan mengambil sikap dengan resiko yang minimal, dan tidak terdadak. Tetapi pakar yang mau untuk itu dan terpublikasi masih langkah, yang banyak mengkritik apa yang sudah terjadi dan mencari kesalahan diluar dirinya atau lembaga tempat mereka bernaung, tidak melihat keadaan secara proaktif, nasib (Jambi, 31 Agustus 2008)
dasrildaniel@yahoo.co.id

Minggu, 19 Oktober 2008

RESESI EKONOMI GLOBAL

Terjadinya resesi ekonomi global yang dipicu oleh jatuhnya ekonomi negara raksasa Amerika Serikat sudah semakin terasa pada perkembangan ekonomi global, seperti ditandai dengan turunnya indek saham di berbagai negara, tingkat inflasi yang tinggi, menurunnya berbagai harga komoditi ekspor.

Mau tidak mau, suka tidak suka akan dirasasakan oleh Indonesia, karena Indonesia menganut ekonomi terbuka, terjadinya mutasi uang dan barang yang bebas antara Indonesia dan negara lain. Tanda-tanda awal sudah dirasakan, yakni turunnya indeks saham di Bursa Indonesia, turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, turunnya mendadaknya dan sangat besar harga komoditi utama seperti CPO, karet, hasil tambang, minyak bumi dan mungkin akan diikuti oleh turunnya cadangan devisa, meningkatnya suku bunga kredit, berkurangnya masuk investor asing, menurunnya pertumbuhan ekonomi, bertambahnya pengangguran, serta dampak lain yang serba tidak mengenakan.

Masalah ekonomi, tidak masalah tunggal tetapi masalah multi dimensi dan dimensi sangat banyak, baik penyebab, akibat dan solusinya. Sehingga bisa menjadi lahan yang sangat luas pula untuk diperdebat dan saling menyalahkan.

Kita sudah belajar dari resesi ekonomi regional pada tahun 1998, Indonesia adalah negara yang paling lama keluar dari resesi ekonomi dibanding berbagai negara lainnya seperti Korea Selatan, Vietnam, Malaysia, Thailand dan lain-lain. Salah satu penyebabnya karena di negeri ini resesi lebih diantisipasi dengan saling menyalahkan oleh para elite, tetapi kurang berbuat. Biasa kita NATO ( no action talk only). Kalau terjadi resesi lagi pada tahun 2008 atau 2009 ini apakah kita akan saling menyalahkan dan tidak berbuat, atau kita akan terjatuh pada lubang yang sama pada tahun ini, kita tunggu reaksi para elite kita.

Kalau diperhatikan keadaan bangsa saat ini menjelang pemilu legislatif dan presiden tahun 2009, sangat dan sangat memungkinkan resesi ekonomi dimanfaatkan sebagai wahana untuk saling menyalahkan. Tanda-tanda awal akan hal ini sudah terlihat dengan statemen-statemen di media, kendati kadarnya masih rendah dan masih dengan menggunakan bahasa yang santun dan belum membingungkan masyarakat maupun dunia usaha. Kalau statemen itu sudah berdampak membingungkan masyarakat dan dunia usaha dampak resesi ekonomi global akan lebih parah.

Masalah ekonomi global bukan hal yang tabu untuk diperdebatkan, kita negara demokrasi dan “bebas berpendapat” siapapun yang berpendapat melalui media apa saja tidak akan dilarang polisi. Namun berpendapat disembarang tempat, media dan suasana, hasilnya bisa tidak seperti yang diharapan, termasuk pilihan kata yang digunakan. Perdebatan masalah resesi ekonomi global, dampaknya terhadap ekonomi Indonesia serta antisipasinya ada yang pantas di perdebatkan di ruang seminar, rapat dinas, rapat parlemen dan media, tidak semua tataran elok diperdebatkan dimedia yang akan menyebabkan masyarakat dan dunia usaha bingung.

Lihat masalah resesi ekonomi global, dampak terhadap ekonomi nasional dan daerah, solusi antisipasinya sehingga ekonomi kita tidak tambah hancur secara menyeluruh dan tidak sepotong-sepotong yang membukan peluang saling menyalahkan, sabar berbuat dan berdoa. Jangan habiskan energi untuk saling menyalahkan kendati sedang menghadapi pemilu.

Siapapun yang berkuasa, kalau hobi saling menyalahkan dilanjutkan, siapapun yang berkuasa, siapapun yang menjadi presiden atau kepala daerah, siapapun partai yang berkuasa tidak akan nyaman, pemerintah tidak akan berwibawa, kebijaksanaan pemerintah yang baikpun akan ada yang menyalahkan, tidak tercipta pemerintah yang kuat, rakyat akan morat-marit, ekonomi hancur, semua akan tambah sengsara. Hal ini tentu tadak diaharap oleh semua kita.

Resesi ekonomi harus diahadapi dengan (a) meningkatkan efisiensi disektor pemerintah dan dunia usaha. (b) menciptakan kondisi yang lebih kondusif bagi dunia usaha sehingga ia dapat bekerja lebih efisien lagi. (c) mengerakan investasi lokal dan nasional, karena investasi asing sulit diharapkan. (d) meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, karena pasar ekspor terganggu dan untuk mengurangi penggunaan devisa. (e) mengurangi kebinguan masyarakat dan dunia usaha, sehingga mereka dengan penuh keyakinan menggerakan usahanya. (f) meningkatkan kreatifitas pemerintah dan dunia usaha mencari alternatif solusi. (g) kurangi hobi saling menyalahkan. (h) sabar, istiqamah, berbuat dan berdoa. Semoga bangsa, negara dan daerah kita terhindar dari dampak negatif resesi ekonomi global. Amin.

Jambi, 8 Oktober 2008

Dasril Daniel*

Pengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Politik Nurdin Hamzah Jambi.

Diterbitkan oleh Harian Jambi Ekspres 9 Oktober 2008

PROMOSI INVESTASI

Banyak usaha promosi investasai yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, tetapi hasilnya tidak maksimal, sehingga mengabiskan dana, tenaga dan pikiran.

Promosi investasi pada prinsipnya sama dengan promosi produk barang, jasa dan ide. Yaitu memotivasi masyarakat atau dunia usaha memanfaatkan produk barang, jasa dan ide, sehingga memberikan keuntungan produsennya. Promosi yang baik tentu berorientasi pasar.

Promosi investasi mempunya sifat yang spesifik dibanding dengan promosi produk, terutama konsumennya. Konsumen investasi adalah pengusaha yang mempunyai kelebihan dana untuk ditanamkan modalnya, sangat rasional, motivnya untuk berinvestasi hanya untuk mendapat keuntungan dari modal yang ditanamnya tersebut dalam waktu secepat mungkin

Promosi investasi dapat dibagi dua kelompok, yakni investasi fortofolio atau jasa keuangan dan promosi sektor riil. Kedua kelompok ini dalam melakukan promosi juga spesifik. Pada tulisan ini akan diuraikan promosi investasi sektor riil seperti usaha dibidang agribisnis, pertambangan, industri, dagang, usaha jasa dan usaha lainnya

Promosi sektor riil ini umumnya dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota, disamping itu juga dilakukan dunia usaha untuk mencari mitra strategi dalam pengembangan usahanya.

Bergerak dari kaidah, promosi berorientasi pasar, investasi atau potensi investasi yang dipromosikan tersebut harus diyakini memenuhi kebutuhan informasi calon investor dan dikemudian hari akan memberikan keuntungan bagi calon investor, oleh sebab itu dalam promosi investasi, potensi investasi yang yang diinformasikan itu sesuai dengan keadaan dilapangan.

Informasi yang disampaikan bisa dalam bentuk tulisan, angka atau gambar atau peta, karena informasi tersebut akan menjadi bahan pertimbangan awal bagi mereka untuk menyusun kajian kelayakan (feasibility study). Tentu saja informasi yang disajikan telah memperlihatkan gambaran kasar mereka akan mendapat keuntungan.

Secara umum informasi yang dibutuhkan tersebut antara lain:

- Lokasi calon investasi dan ketersediaan lahan, terutama untuk sektor pertanian

- Ketersediaan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, komunikasi, ketersedian tenaga listrik, air.

- Izin-izin yang dibutuhkan, prosedur mendapatkan izin dan lembaga-lembaga penerbit izin, persyaratan perizinan dan kepastian izin.

- Undang-undang dan peraturan yang terkait termasuk peraturan pemerintah pusat dan peraturan pemerintah daerah.

- Kondisi ekonomi makro dan keadaan sosial politik disekitar lokasi, informasi tersebut memberikan gambaran situasi disekitar lokasi berinvestasi, kalau mereka berinvestasi akan aman dan nyaman.

- Ketersediaan tenaga kerja lokal

- Kemudahan-kemudahan yang deberikan oleh pemerintah kepada calon investor, terutama yang akan dipacu investasinya (sejenis tax holiday).

- Atraktif, menarik perhatian tetapi informasi yang diberikan tersebut jujur sesuai kondisi nyata.

- Lain-lain disesuaikan dengan investrasi yang dipromosikan.

Media komunikasi yang digunakan dalam promosi juga beragam, seperti leafleat, booklet, pertemuan tatap muka (sejenis seminar), Compact disk, media cetak, dan elektoronik, promosi langsung (sejenis direct seling) dan internet (web). Media komunikasi atau media promosi tersebut tidak akan berdiri sendiri, karena ada saja informasi tambahan yang dibutuhkan oleh calon investor, oleh sebab itu dibuka line e-mail, telpon dengan personil yang menangani promosi investasi (sejenis product public relation atau customers services, sehingga dapat mengkomunikasikan informasi tambahan yang dibutuhkan calon investor.

Promosi investasi yang ditujukan untuk calon investor lokal dan nasional cukup menggunakan bahasa Indonesia, tetapi untuk target promosi investasi untuk calon investor asing sekurangnya menggunakan bagasa Inggeris atau dua bahasa.

Pertanyaan lembaga apa yang bertanggung jawab mempromosi investasi: secara spesifik, tentu Badan Kordinasi Penananm Modal, baik pusat maupun daerah, tetapi lembaga sektoral juga berkewajiban mempromosikan investasi, KADIN dan assosiasi dan himpunan dunia usaha perlu melakukan promosi investasi, termasuk perwakilan luar negeri seperti kedutaan besar, konsul jenderal, konsul, Indonesia Trade Promotion Center, atau perwakilan dagang Indonesia di Negara tertentu (Taiwan). Untuk lembaga di luar negeri, tentu perlu masukan dari BKPM dan BKPMD provinsi dan kabupaten/kota. Kemudahan yang diberikan oleh system internet akan dapat digunakan, dengan memperkenalkan situs kepada mereka, sehingga dapat dibukanya kapan ia memerlukan.

Promosi yang berhasil dewasa ini kalau dengan pendekatan “Integrated Marketing Communication”, terintegrasi semenjak perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian, terintegrasi dengan semua lembaga terkait, terintegrasi media komunikasi yang digunakan, terintegrasi antara tingkat pemerintahan (pusat daerah) dan proaktif.

Perlu diingat, yang berupaya menarik investor adalah semua negara, semua provinsi, dan semua kabupaten/kota, jadi terjadi persaingan yang cukup ketat. Negara atau wilayah yang berdaya saing tinggi, kesana investasi mengarah. Daerah yang berdaya saing daerah yang dapat memberikan biaya investasi rendah, transparan dan pelayanan birokrasi cepat, efektif dan efisien, kondisi social politik dan keamanan yang kondusif, dan tersedianya infrastruktur ekonomi yang memadai dan akan mendatangkan keuntungan yang paling besar bagi investor.

Promosi investasi yang berhasil kalau promosi itu focus, terintegrasi, dan didukung oleh data-base yang lengkap. Kalau sudah bicara data, ini sangat sulit disajikan oleh birokrasi, karena kurang perhatian pejabat dan pelaksana yang bertanggung jawab, disamping kurangya dana dan personil yang terampil dalam pengumpulan, pengolahan, analisa dan deseminasi data.

Adanya investasi di suatu Negara atau daerah merupakan kebutuhan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui terbukanya lapangan kerja dan lapangan usaha. Kita tidak perlu alergi dengan investasi asing, namun investasi asing baik bila lapangan usaha tersebut belum mampu dilakukan oleh investor local atau nasional baik karena ketinggian teknologi atau besarnya dana investasi, atau sebagai jembatan masuk pasar global. Sepanjang memungkinkan dilakukan oleh investor lokal atau nasional, sebaiknya diperuntukan untuk mereka, dan dimasukan dalam negative list investasi untuk memberikan kepastian investasi bagi dunia usaha.

Selama ini promosi investasi ditujukan untuk usaha besar atau dikenal dengan PMA dan PMDN. Sedangkan untuk usaha kecil menengah agak terbaikan, barangkali dengan semangat kebangkitan nasional, semangat undang-undang penanaman modal yang baru, serta mengerakan ekonomi kerakyatan, promosi investasi untuk mereka perlu lebih diperhatikan mulai dari sekarang, sehingga tercipta pemerataan investasi. Semoga.

Dasril Daniel

Pengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Politik

Senin, 29 September 2008

Pembangunan Pedesaan

Sudah seratus tahun kebangkitan bangsa, lebih enam puluh tahun merdeka dan empat puluh tahun program pembangunan nasional, tetapi masih ada desa tertinggal dan terpencil, desa nelayan miskin, petani miskin, pulau terpencil yang belum dimanfaatkan, orang miskin perkotaan dan cerita sedih lainnya. Apa yang salah pada pembangunan selama ini.

Sebaliknya ibukota negara, propinsi, kabupaten, kota gemerlap dengan gedung tinggi, jalan mulus, dengan berbagai taman dan tempat hiburan. Dibalik yang gemerlap itu ada tunawisma, pengangguran, pekerja informal yang kadang makan kadang tidak. Mengapa hal itu terjadi ? pertanyaan itu tidak mudah untuk dijawab, banyak argumen yang bisa dikemukakan, tetapi ada solusinya. Pulang kepada kita, mau atau tidak berupaya ke arah yang lebih baik.

Salah satu penyebab terjadinya keadaan di atas adalah terabaikan pembangunan pedesaan, semakin jauh dari pusat pemerintahan, semakin terabaikan pula pembangunannya, selama ini berkutat pembangunan di pusat pemerintahan.

Ahli pembangunan pedesaan mengatakan, membangun yang bergerak dari kota ke pedesaan yang jauh, pembanguan tidak akan pernah sampai kedesa pinggiran dan terpencil, masalah desa mengalir ke kota. Kalau pembangunan yang mulai dari desa yang terjauh, kota akan bangun sendiri, karena hasil pembangunan desa mengalir ke kota. Ini mungkin kelupaan selama ini.

Masalah pokok pembangunan pedesaan adalah aksesibilitas ke desa, sehingga ekonomi pedesaan jadi tertekan dan sulit bertumbuh, sehingga menciptakan kemiskinan di pedesaan. Hasil produksi masyarakat desa seperti hasil pertanian, peternakan, perikanan dan hasil hutan ikutan sulit dipasarkan dan harganya rendah, sebaliknya harga kebutuhan masyarakat yang tidak dapat diproduksi oleh masyarakat desa harganya sangat mahal, dan tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Aksesibilitas transportasi yang sulit tersebut, maka program pembangunan yang lain sulit masuk, karena biaya yang tinggi, memerlukan waktu yang lama dalam perjalanan, dan pejabat atau petugas enggan ke desa yang jauh karena melelahkan. Sehingga desa tersebut semakin jauh dari jangkauan pembangunan.

Akibat dari itu semua, terjadi kemiskinan masyarakat, urbanisasi masyarakat desa ke kota-kota dengan keterampilan orang desa yang agraris, dan tidak dibutuhkan oleh pasaran tenaga kerja kota yang industri dan jasa-jasa, sehingga mereka berusaha disektor informal dan buruh kasar, tidak punya rumah, sehingga menjadi tunawisma dan kembali terjebak pada kemiskinan, kemelaratan dan kesengsaraan. Yang terjadi adalah pemindahan kemiskinan dari desa ke kota dengan masalah yang jauh lebih kompleks.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, kedepan pembangunan pedesaan jauh, terpencil, desa nelayan seharusnya menjadi perhatian dan perioritas utama pemerintah di semua tingkatan, pusat, provinsi dan kabupaten, terutama pemerintah kabupaten bersama DPR Kabupaten sebagai lembaga yang peling bertanggung jawab.

Perioritas pembangunan pedesaan adalah desa yang jauh dari ibukota kabupaten, terpencil dan biasanya desa miskin atau desa tertinggal. Dari berbagai kegiatan pembangunan yang pertama dan utama adalah membuka aksesibilitas, infrastruktur transportasi seperti jalan dan jembatan, infrastruktur ekonomi pedesaan lainnya, pendidikan dan kesehatan. Sedangkan kegiatan pembangunan lainnya akan mengikut berikutnya.

Aspirasi, kebutuhan dan harapan orang desa jauh, terpencil dan desa miskin sayup-sayup sampai ke pengambil kebijakan di pemerintahan dan DPRD, karena pejabat atau petugas serta anggota DPRD enggan mengunjungi desa terpencil dengan berbagai alasan, walaupun masih ada para Bupati yang bersusah-susah mengunjungi desa terpencil atau desa tertinggal.

Agar desa jauh, terpencil dan tertinggal dapat lebih diperhatikan, sebaiknya ada lembaga yang membantu gubernur atau bupati dalam menggerakkan pembangunan pedesaan. Kalau tidak ada lembaga permanen, bisa dibentuk tim khusus yang memantau dan mengkordinasikan pembangunan pedesaan dimaksud.

Bupati dapat saja memberi tugas khusus kepada Kepala SKPD mendampingi beberapa kepala desa dalam menggerakkan pembangunan di desa jauh, terpencil dan tertinggal tersebut, disamping membuka aksesibilitas informasi pembangunan dari dan ke desa tersebut, sehingga kepala daerah mengetahui lebih banyak tentang masalah, kebutuhan, harapan dan aspirasi masyarakat desa dan hal-hal yang telah dicapainya. Para kepala SKPD ini sekurangnya sekali enam bulan mengunjungi desa binaannya dan menginap sekurangnya satu malam didesa binaanya untuk dapat merasakan denyut kehidupan riil di desa tersebut dan melaporkannya kepada kepala daerah secara tertulis dan lisan pada rapat kordinasi pembangunan desa jauh, terpencil dan tertinggal dan dicarikan solusi pemecahan masalah. Mungkin para wakil bupati bisa ditugaskan khusus menangani pemabangunan desa jauh, terpencil dan tertinggal ini.

Agar seimbang selayaknya para anggota DPRD atau DPR rajin-rajin mengunjungi desa jauh, terpencil dan desa tertinggal, sehingga DPRD dan Kepala Daerah satu persepsi dalam menggarap desa-desa dimaksud.

Penyebab lain agak terbaikan pembangunan pedesaan ini adalah langkahnya ahli-ahli pembagunan pedesaan yang membantu kepala daerah, baik di BAPPEDA atau di Sekretariat Daerah, dan langkahnya perguruan tinggi yang mencetak S2 atau S3 spesialis pembanguan pedesaan. Untuk penyediaan tenaga ahli ini perlu pula perenungan dan upaya pihak yang terkait.

Bagi perguruan tinggi mungkin kurang menarik membuka program ini, karena peminatnya terbatas hanya birokrasi, tetapi akan menarik kalau pemda-pemda mengirim pegawainya untukk mengambil spesialis pembangunan pedesaan, dan untuk camat yang akan diangkat diutamakan pegawai yang S2-nya pembangunan pedesaan. Tentu perguruan tinggi negeri yang memungkinkan untuk itu.

Dasril Daniel

Pengajar Pada STIPOL Nurdin Hamzah Jambi

Komunikasi Pemasaran Dalam Pilkada dan Pemilu

Analis politik banyak kecolongan dalam memprakiraan hasil pemilihan kepala daerah (pilkada) akhir-akhir ini, mengapa hal itu terjadi ? ada yang mengatakan politik itu selalu dan cepat berubah, adanya serangan fajar oleh pihak yang menang, pendukung calon tertentu yang kalah tidak terdaftar, tidak ada surat panggilan ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), ada “public figur” sebagai calon, atau alasan lain. Alasan mana yang paling tepat belum diketahui karena belum ada kajian yang mendalam.

Kaedah Ilmu Komunikasi Pemasaran (IKP) menjawabnya akan berbeda, ilmu komunikasi pemasaran belum banyak digunkan dalam sosialisi dan kampanye kampanye pilkada dan pemilu selama ini di Indonesia.

Dalam kaidah IKP, pemilu atau pilkada pada hakikatnya adalah mempromosikan ide/konsep/program bukan hanya memasarkan sekadar figur, tetapi figur yang mau dan mampu melaksanakan program, untuk figur yang mampu melaksanakan program akan dilihat dari jejak karier yang bersangutan.

Calon pemilih adalah potensi pasar bagi calon atau bakal calon kepala daerah. Dalam pemasaran pasar atau konsumen sekurangnya mempunyai 1) kebutuhan, 2) selera dan 3) harapan. Pasar atau masyarakat akan menggunakan suatu produk (dalam hal ini ide/kosep/program) yang akan dapat memenuhi kebutuhan, selera dan harapan masyarakat.

Susatu perusahaan yang akan membuat dan memasarkan suatu produk terlebih dahulu melakukan kajian pasar atau market survey dan market analisi untuk mengetahui kebutuhan, selera dan harapan pasar, selanjutnya memutuskan untuk memproduksi suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan, selera pasar, serta menyusun konsep promosi untuk produk tersebut.

Analogisnya adalah partai pengusung sebelum mengusung suatu calon, terlebih dahulu melakukan pengumpulan data dan informasi dari masyarakat (pasar) apa saja kebutuhan masyarakat, selera yang berkembang, dan harapan dimasa yang akan datang dari masyarakat terhadap seorang kepala daerah. Bertitik tolak itulah diformulasi visi, misi, strategi dan program yang berorientasi masyarakat dan dipilih figur yang mampu dan mau melaksanakannya. Sehingga figur dan programnya berorientasi pada kebutuhan, selera dan harapan masyarakat.

Kalau diperhatikan dari berbagai tulisan di media, calon yang diusung adalah orang populer, sudah banyak melakukan sosialisasi dan ada hitung-hitungan kalah menang yang kurang relefan, seperti jumlah pemilih dalam pemilu pada partai pengusung, asal usul calon, organisasi-organisasi pendukung dan primordial lainnya. Sedangkan pasar selalu berubah, karena kebutuhan, selera dan harapan juga berubah, kajian pasar untuk mengetahui perubahan, kecendrungan mana pasar itu berubah, perubahan pasar tidaklah tiba-tiba, belum tentu analisa konvensional diatas sesuai dengan perubahan pasar.

Sebelum pilkada, atau pemilu sudah banyak orang perorang atau partai melakukan “sosiaslisasi”, sosialisasi figur atau konsep program dengan harapan mendapat dukungan dan banyak pula dengan membagi-bagi ini itu. Sah sah saja komunikasi pemsasaran memberi cendramata namanya, kepada orang yang telah mau menghadiri dan memberikan informasi dan mengeluarkan pendapat

Ilmu komunikasi Pemasaran mengatakan, sebelum produk dipromosikan dan didistribusikan besar-besaran, dilakukan dengan uji pasar terhada produk yang akan dipasarkan dalam jumlah terbatas disebar pada wilayah terbatas dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat (calon konsumen), kemudian dilakukan pengujian pasar untuk mengetahui apa respon masyarakat (konsumen) terhadap produk tersebut, respon itu bisa pendapat tentang isi, kemasan, label, sistem distribusi, warna, dan lain sebagainya. Kalau masih belum cocok dengan kebutuhan, selera dan harapan pasar, maka dilakukan perbaikan-perbaikan disana-sini, kalau semua sudah beres, dilakukan persiapan produk dalam jumlah besar, sesuai dengan target penjualan. Dan diakukan persiapan promosi besar-besaran (kampanye).

Bila produk sudah siap dipasar dan sistem distribusi juga sudah tertata, dilakukan promosi terpadu (integrated marketing comunicatiaon) termasuk kampanye. Dengan mengerahkan segala sumber daya promosi. Bila produk belum siap, sistem distribusi belum tertata, produk belum berada di pengecer, promosi besar-besaran (kampanye) tidak akan berhasil dan mubazir.

Tetapi pada uji pasar tidak mesespon dengan baik malah cendrung menolak, maka kegiatan produksi produk dihentikan guna menghindari kerugian yang lebih besar, karena pasar tidak bisa dipaksa. Dan kalau mau mereka yasa pasar biaya promosinya sangat tinggi, butuh waktu panjang dan tetap resiko gagal pasar tetap tinggi. Kalau keuangan perusahan kurang kuat, mereka yasa pasar bukan suatu yang bijak.

Identik dengan hal ini juga dilakukan oleh pemerintah dam menguji suatu produk/kebijaksanaan/program pembangunan dipakai istilah sosialisasi, demplot, uji coba program. Kalau tidak bisa diterima masyarakat, kebijakan atau program dihentikan. Kalau ada kebijakan yang terpaksa dilakukan, resiko teknis, ekonomi, sosial, dan politik yang sangat tinggi harus diambi, maka biaya promosi atau sosialisasnya juga sangat tinggi.(ini disebut kebijakan yang tidak populer atau kebijakan buah simalakama tetapi harus diambil)

Sosialisasi dalam rangka pilkada juga sebaiknya demikian, sosialisasi tidak hanya memperkenalkan bakal calon, tetapi jajak pendapat calon pemilih (masyarakat) terhadap program, apakah rancangan visi, misi, strategi dan program pembangunan sudah sesuai dengan kebutuhan, selera dan harapan masyarakat. Kalau belum lakukan perbaikan, sehingga visi, misi, strategi dan program pembangunan yang akan diusung adalah visi, misi. Strategi dan program masyarakat, kalau sudah demikian masyarakat akan mendukungnya.

Kalau program tidak bisa diterima masyarakat, bisa diperbaiki, kalau figur yang tidak bisa diterima masyarakatlebih baik mengundurkan diri, sehingga dana promosi (baca kampanye dan sosialisasi dan lain-lain) tidak sia-sia. Sehingga yang akan menjadi calon pada pilkada tidak banyak, mungkin dua pasang saja, sehingga pemenang akan mendapat legitimasi yang lebih baik di masyarakat.

Produksi berorientasi pasar, seperti yang tersirat pada tulisan diatas, promosi juga demikian, harus berorientasi pasar. Pada produk (barang, barang, potensi investasi, ide/konsep/program) perusahaan tidak akan membidik semua segmen pasar, hanya segmen pasar tertentu saja yang akan dibidik, sehingga promosi/kampanye lebih fokus pada target sesuai segmen pasar yang hendak dituju.

Lain halnya dengan kampanye pilkada, harus membidik semua segmen pemilih untuk memenangkan pilkada. Program sudah jelas yang akan dapat memenuhi sebahagian terbesar masyarakat, sudah tercantum pada visi, misi, strategi dan program para calon, dokumen ini sebagai acuan awal dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kepala daerah, pada hakekatnya inilah kontrak sosial atau kontrak politik para calon kepada partai pengusung dan masyarakat.

Dalam kampanye calon seharusnya tidak lepas visi, misi, strategi dan programnya, tetapi dalam pelaksanaan kampanye disesuaikan dengan segmen masa yang dihadapi, jadi ada penonjolan-penonjolan dari program, promosi / kampanye yang sesuai dengan segmen pasar pada waktu tertentu.

Tema kampanye bisa berubah-rubah, namun tidak lepas dari visi, misi, strategi dan program, disinilah peran tim sukses atau tim kampanye, dengan jeli melihat perubahan dimasyarakat dan saingan politik (saya kurang suka dengan istilah lawan politik yang konotasinya akan melumpuhkan lawan). Input dari “market inteligence” dan analis politik dari tim sukses sangat dibutuhkan untuk memilih tema-tema kampanye, dan sangat dibutuhhkan keahlian dan kejelian melihat situasi politik saat itu, mungkin dalam hal ini ahli komunikasi politik yang dapat menjelaskan lebih lanjut.

Kita bercermin, dengan pemilihan presiden di AS, calon Partai Republik yang mengumpulkan suara sedikit dalam konvensinya, langsung saja mengundurkan diri, Partai Demokrat juga demikian, satu calon mengundurkan diri, dua calon Barack Obama dan Hilary Clinton masih bertahan, karena perolehan pendukungnya kejar mengejar. Layak mereka terus bertahan, mereka sangat rasioanal dalam pemilihan presiden, tidak ada perjuangan sampai titik darah terakhir atau sampai dana kampanye habis. Kampanye dinegeri itu dimandori oleh suatu manajemen profesional sebagai pelaksana kampanye maupun konsultan kampanye, tidak ada agenda lain selain memenangkan kliennya yang membayar, kalau salah dan tidak mampu langsung mengundurkan diri.

Lain halnya di Indonesia, kebanyakan tim sukses terdiri dari orang yang berkepentingan, sehingga kajian pasar, penjajakan pasar, sosialisi diwarnai oleh berbagai kepentingan, sehingga informasi yang masuk dan dianalisa juga data yang sarat pula dengan kepentingan. Orang yang terlibat sebagian kurang memahami komunikasi politik, banyak diantaranya pemain alam dalam perpolitikan, itulah sebabnya banyak analisa politik kebobolan pada beberapa pilkada akhir-akhir ini.

Pasar politik dengan pasar produk itu identik, pasar itu berubah, pasar itu tidak berubah dengan tiba-tiba, kecendrungan bisa dibaca oleh ahlinya yang independen, tidak sarat dengan kepentingan. Orang yang ahli melihat pasar politik, independen dan tidak ada kepentingan, saat ini masih barang langkah, dan bisa dimaklumi perpolitikan Indonesia berkembang seperti ini belum cukup satu dasa warsa.

Lembaga konsultan politik atau konsultan kampanye belum berkembang, jumlahnya belum sebelah jari tangan, itupun semuanya berada di Jakarta, sedangkan politik, sosial dan budaya masyarakat di daerah tidak sama dengan daerah.

Sepanjang penjajak pasar politik, analis politik tidak netral dan idependen akan menghasilkan kesimpulan yang bias, gagal dalam kampanye dan akhirnya gagal memenangkan pilkada atau pemilu.

Stigma politik itu selalu berubah, itu benar, karena manusia selalu berubah, politik itu berubah detik per detik, seolah-olah tidak terbaca atau ada yang mengatakan “politic is unpredictabel” juga tidak demikian, kecendrungannya sudah bisa dibaca, itu hanya pembenaran terhadap situasi tertentu oleh sementara elite politik.

Ahli komunikasi pemasaran di sebuah perusahaan setiap saat melakukan pengamatan, sehingga assumsi-assumsi yang layak dipakai dan parameter-parameter apa saja yang mempengruhi, mereka sudah mengetahui, sehingga pemasaran atau penjualan dapat di predikasi, tetapi analis politik tidak bekerja setiap hari, ia kerja intensif ketika menjelang pemilu dan pilkada, sehingga kurang terlatih, Banyak diantara tidak mengetahui asumsi yang tepat, dan parameter apasaja yang mempengaruhi, kemana bergeraknya dan berapa besar pengaruhnya, sehingga politik dikatakan tidak bisa diprediksi, seperti gempa bumi saja. Memprediksi perpolitikan didaerah jauh lebih sulit dibanding nasional. Jajak pendapat dan analisa politik nasional secara ilmiah sering dipublikasi, sedangkan daerah hampir tidak ada. Kalau diikuti terus dan diamati secara sistematis dengan pendekatan ilmiah oleh analis politik daerah, tentu bisa, tetapi mereka belum banyak atau mungkin tidak ada sama sekali.

Dasril Daniel

Pengajar Ilmu Komunikasi Pemasaran,

STIPOL Nurdin Hamzah, Jambi