Sudah lama berlangsung kampanye pemilu, ada satu gaya yang sama dari seluruh caleg, yakni pencalegkannya atas kehendaknya, bukan atas kehendak partai atau orang lain, ia men-caleg karena ada agenda, kampanye sekadar memperkenalkan diri kepada calon pemilih dengan harapan tentunya akan mencontreng nomor calegnya. Kemudian mereka mengemis doa dan dukungan. Ada yang mengemukakan organisasi yang dipimpinnya. Celeg terkesan mengkampanyekan partai pengusung.
Anggota legislatif adalah orang yang akan mewakili konsetuenya lembaga legislatif, seharunya dari mulai pencalegkan mereka atas kehendak dirinya, sehingga pribadi, kelompok, komunitas atau organisasi yang mendukung itu yang lebih aktif berkampanye untuk orang yang dipercaya mewakilinya dalam lembaga legislatif, kesan itu tidak ada termasuk partai pengusung. Mungkin itu yang sebenarnya caleg yang sangat berkeinginan menjadi anggota legislatif karena ada sesuatu yang diharapkan sehingga tidak malu-malu memohon doa dan dukungan, ironi sebenarnya karena menjadi anggota legislatif terkesan sebagai profesi, mata pencaharian alternatif atau tambahan, sehingga mereka dengan modal tertentu berupaya memenangkan pemilihan dan menggaji team sukses dan konsultan kampanye.
Seharunya (eh siapa pula yang mengharuskan) tim sukses yang mengumpulkan dana, berkampanye dan menggaji konsultan untuk memperjuangan orang yang diidolakan, dipercaya yang akan memenangkan pemilu, mereka yang berkeringat memperjuangkan pemimpin mereka masuk ke lembaga legislatif untuk memperjuangakan aspirasi mereka (hal ini mungkin ada didunia khayal atau dunia idealis, tidak disini dan sekarang).
Kalau ditanya kepada para caleg mereka menjawab ada tetapi dalam diam dan dalam bentuk uang yang disalurkan kepada partai atau tim sukses. Saya yakin itu, pertanyaanya apakah karena keyakinan luhur membela, karena rayuan, setengah memaksa, atau janji-janji tertentu (yang paling tahu tentu mereka dan Tuhan).
Katakan ada, pakai sebagai bahan kampanye, pada baliho, leaflet, brosur, baju kaos dan media lainnya: seperti kata-kata:
“Seluruh anggota dan pengurus organisasi anu mendukung Pak Fulan menjadi caleg no sekian, partai Nyiur Melambai no sekian, semoga memperjuangkan penciptaan lapangan kerja ….”, atau
“Prof Dr Kepala Botak mendukung ……….” Atau
“Masyarakat RT – RW --- Kelurahan Kolong Langit mendukung ……” atau
“Tuan Pendek Cebol ketua organisasi akar rumput mendukung …….. dan lain sebagainya.
Tidak perlu direkayasa, karena akan berbalik kalau ternyata tidak ada, tapi siapa saja yang menyatakan dukungnya dibuatkan pernytaannya, sekurangnya yang mendukung tersebut orang tua, paman, keluarga, teman sesama komunitas, atau organisasi yang ia pimpin. Cari pilihan kata yang enak dan tidak berdampak negatif dari aspek hukum.
Kalau seperti diatas kesannya mereka orang yang tepat, karena tokoh, organisasi, atau pribadi banyak yang mendukung. Dan tidak perlu mencantumkan gambar tokoh, nanti orang salah persepsi, waktu pencontrngan gambar tokoh yang dicari.
Kebanyak yang sekarang ada gambar para celeg di latar depan, gambar tokoh dilatar belakang, yang terkesan menjual tokoh, tidak punya keyakinan diri, sehingga belindung dengan tokoh yang ada di latar belakang, kadang tokoh yang sudah meninggal pula dan tidak pernah berhubungan
(nasib ya nasib, mungkin yang terkesan mungkin yang sebenarnya, seperti buah manggis saja jumlah pancaran bintang sama dengan jumlah bijinya, tidak tampak orang sudah bisa menghitung)
(Dasril Daniel, Jambi, 010209)
Minggu, 01 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar