Jumat, 13 Februari 2009

KOMUNIKASI POLITIK MENJELANG PEMILU

Kurang dua bulan menjelang Pemilu Legislatif tanggal 9 April 2009, sudah lebih banyak spanduk dan media komunikasi lainnya di jalan-jalan di seluruh pelosok tanah air, terutama di tempat konsentrasi penduduk yang rapat. Dan semakin banyak pula sosialisasi diri yang dilakukan para caleg, dimaklumi pada pemilu legislatif yang akan datang, pemenang ditentukan berdasarkan perolehan suara terbanyak, mempersibuk para candidat “memperkenalkan” diri.

Kesibukan memperkenalkan diri tersebut sangat pula dimaklumi, disamping saingan yang sangat benyak, juga karena banyak para caleg memang orang yang tidak dikenal di daerah pemilihannya, tidak pernah bersentuhan dengan masyarakat dan tidak ada pula jejak karier yang dikenal masyarakat bahkan oleh kader partai di daerah pemilihannya.

Dengan cara apa memperkenalkan diri, siapa patner yang akan digandeng, ya suasah, paner yang bisa digandeng adalah uang, semua menggunakan uang, semua diupah, tidak ada lagi sukarela, sehingga komunikasi politik sudah semakin sama dengan komunikasi pemasaran atau komunikasi bisnis, salah-salah terjebak pada politik uang. Pada komunikasi pemasaran pemasangan baliho, spanduk, umbul-umbul dan media komunikasi, pemerintah kabupaten/kota mendapat penerimaan dari pajak berupa pajak reklame, tetapi pada komunikasi politik pemda dapat repotnya, pada saatnya media kampanye ditinggalkan begitu saja dan mengotori kota. Pada saat yang akan datang sebaiknya juga memajaki media kampanye politik sama dengan media promosi laiinya, sekurangnya mendapat diskon tertentu, dan perlakukan saja perda yang ada, sehingga peletakan media kampanye terkendali dan PAD meningkat.

Menjelang pemilu semua caleg memperkenalkan diri dengan segala cara, dan dengan segala mendia, dan dengan segala pesan. Dua bulan mejelang hari pemungutan suara, sudah semakin jelas belangnya para candidat, ada yang suka cari salah orang, menyampaikan pesan tidak santun, menhalalkan segala cara dalam berkampanye sampai melanggara aturan, mengunakan uang dalam membujuk orang, mejadi legislator sebagai profesi, tidak sebagai wadah pengabdian dan segala macam cara memperlihatkan belangnya, sehingga mempermudah calon pemilih menentukan pemilih namun mungkin

Caleg idealis yang tidak akan naik kepermukaan, karena selama ini orang idealis tidak akan mampu membiayai kampanya yang biayanya sangat besar, barang kali masyarakat mencari tahu siapa caleg idealis tersebut untuk dipilih disamping caleh populer yang mampu membiayai kampanye, supaya tidak salah pilih wakil.

Dulu saya “memperkirakan” panwaslu, penyidik polri, jaksa, dan hakim tidak repot dengan adanya pemilu ini, tetapi perkiraan saya itu meleset, kenyataan bawaslu sudah mulai direpotkan menurukan media kampanye di tempat terlarang, penyidik, jaksa, dan hakim sudah repot, karena dibeberapa daerah sudah ada perkara pemilu masuk pengadilan.

Pemilu adalah pesta demokrasi, memestakan orang untuk menjadi orang terhormat, yang akan berkiprah di lembaga yang terhormat pula, tentu pemilu menjadi pesta orang beradab, penuh dengan sopan santun dan etikah, patuh dengan aturan, karena mereka itu akan membuat aturan di negara tercinta ini. Banyak orang akan gotong-royong suka-rela dalam mengsukseskan pesta tersebut, karena kalau pestanya gagal orang senegeri akan malu, pesta yang menyenangkan untuk semua orang, tidak pesta yang menyesakan dada karena suasana tidak nyaman, karena disuguhi pesan-pesan yang tidak membuat kalbu tenang.

Kapan ya, pemilu di negeri ini yang membuat orang nyaman, orang nyaman dalam menentukan pilihannya, dan nyaman pula sesudah pemilu, karena pilihannya kerja baik dan benar, lembaga legislatif diisi oleh orang baik dan benar, sehingga sesudah menentukan pilihannya ia tidak merasa berdosa karena memilih orang yang salah, sehingga memberi andil untuk kerusakan negeri, semoga saatnya nanti datang juga.

Ya Allah, ampuni kami yang salah memilih wakil kami di lembaga legislatif karena ketidak tahuan kami, dan kalau ia menyeleweng disaat menjadi legislator karena kami tidak berniat ia menjadi legislator yang menyeleweng, sehingga bangsa ini menjadi morat marit karenanya. Kami tidak ingin melalui tangan kami negeri ini rusak sehingga kami bersalah dengan ratusan juta warga negeri ini. Semuanya itu karena kenaifan dan kelemahan. Amiiiiiiin. [Dasril Daniel, Jambi, 13/02/09]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar