Selasa, 02 Juni 2009

PEMIMPIN YANG MEMIMPIN PERUBAHAN

Saya punya baju ketika saya membuat baju tersebut, sangat menarik, nyaman saya memakainya, sekarang baju tersebut, tidak nyaman lagi saya pakai, ronanya sudah pudar modenya sudah ketinggalan. Ketika baju itu tidak nyaman, apakah saya salahkan tailor yang membuatnya, atau kain yang menysusut, kain yang pudar, atau badan saya yang melar.

Saat ini saya akan membuat baju baru lagi, disainer dan tailor sedang saya pilih, mana disain yang sesuai untuk lima tahun akan saya pakai baju tersebut dan nyaman. Tailor mana yang bisa memilih kain dan corak yang tepat.

Zaman punya tantangan sendiri, masa lalu, masa sekarang tidak sama dan tidak pernah ada yang sama, apakah saya akan memakai baju dengan ukuran masa lalu, atau masa sekarang, untuk saya pakai masa yang akan datang. Apakah baju menyesuaikan dengan badan saya atau badan saya yang akan menyesuaikan dengan baju, atau desainer dan tailor yang membuat penyesuaian.

Di kehidupan bernegara juga begitu barang kali, ada istilah yang sangat populer yaitu lingkungan strategi, EKPOLSOSBUD, yaitu ekonomi, politik, sosial dan budaya. Lingkungan strategi ini berubah, makan kebijakan pemerintah juga berubah, program pembangunan juga berubah, yang tidak berubahan adalah visi bangsa yaitu masyatakat adil makmur.

Lingkungan strategi lima tahun kedepan tidak sama dengan lima tahun yang lalu, dan tidak sama pula dengan lima tahu sebelum-sebelumnya. Kalau mekaji baju-baju zaman tersebut (kebijakan negara) kaji juga lingkungan strategi ketika itu, sehingga tidak mudah salah-menyalahkan, pada ketika itu benar, tetapi dengan zaman sekarang tidak cocok lagi. Kedaan masa lalu tersebut biar menjadi kajian para desainer dan tailor, tidak perlu dibesar-besarkan, apa lagi kalau melihatnya satu sisi saja, tidak semua sisi, akan menimbulkan perpecahan dan kebencian sesama bangsa, akan menimbulkan gunjing terus menerus, salaing salah, dan dendam.

Sekarang desainer merangkap tailorlah yang menhkajinya, hasil kajiannya tidak perlu dibeberkan dimasyarakat, tetapi suguhkanlah gambar desain, blueprint untuk masa datang. Gambar desain dan blueprint tersebut bukan karena desain masa lalu yang salah, tetapi karena tuntutan zaman yang berbeda. Perubahan dilakukan bukan karena masa lalu yang salah, tetapi masa depan yang berbeda, jadi positif saja.

Pada pemilu presiden bulan juli rakyat akan memilih desainer sekaligus tailor yang punya desain dan rancang bangun yang terbaik, desainer/tailor tersebut sudak punya rekam jejak yang baik yang mampu membuat baju kesejahteraan untuk seluruh warga bangsa yang lebih baik. Apakan desainer/tailor yang lama atau yang baru, tidak masalah yang penting desain dan rancang bangunnya cocok untuk kedepan.

Tidak perlu mengembar-gemborkan perubahan, karena perubahan tersebut akan tetap terjadi, tidak perlu menyebut alasan perubahan karena kesalahan masa lalu (kendati ada), tetapi kita berubagah karena tunntutan lingkungan strategi yang berubah. Saya kira inilah yang dikata kampanye yang santun, kampanye yang tidak menggores hati, kampanye yang kadang kala menepuk air didulanh.

Kalau kampanye perubahan karena tuntutan masa depan yang berubah, dan rakyat memlih, yang kalah akan legowo, tidak menimbulkan dendam politik yang tidak berujung.

Mari kita berubah, karena tuntutan zaman kita berubah, mari kita berubah kearah yang lebih baik menuju masarakat adil makmur, adil dalam kemakmuran, makmur dalam berkeadilan. Kita butuh pemimpin yang kreatif dan proaktif. Lebih baik proaktif lamban, dari pada raktif cepat. Secepat-cepat orang reaktif akan kalah oleh orang proaktif lamban. Selamban-lamban orang proaktif dia berdiri didepan zamannya. Pemimpin yang tahu ranting akan menusuk, dahan yang akan menimpa, pemimpin yang tahu ikan dalam air tahu jantan berinanya, pemimpin yang tahu hari akan hujan, atau cerah, pemimpin yang sedia payung sebelum hujan. Pemimpin yang berani mengambil keputusan yang tidak populer tetapi memberi kebaikan jangka panjang. Apakah ada diantar pasangan calon pemimpin negara lima tahun yang akan datang? Kalau ada pilihlah. Kalau tidak ada pilih yang terbaik diantara mereka, sambil memanjatkan doa kepada Allah, semoga beliau menjadi pemimpin dihati rakyat, tidak pemimpin dimaki rakyat, karena ia suka memaki orang lain (Dasril Daniel, Jambi, 3 Juni 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar