Indonesia, nageriku yang kucintai, di negeri ku ini banyak presiden, preseden adalah lambing kekuasaan tertinggi di suatu negera yang system presidensial, tetapi di negeri ku tercainta ini tidak demikian. Saya coba mengimpretarisir preseden di Indonesia, seperti ada presiden hotel, presiden taksi, president sweat, presiden partai, presiden badan eksekutif mahasiswa, presiden organisasi, president lecture, entah presiden apa lagi.
Sehingga saya bertanya, apa pengertian presiden itu, mungkin presiden itu lambang kemewahan, maka ada presiden hotel, dan ada president sweat di hotel berbintang atau president taxi. Ya tidak, presiden bukan lambing kemewahan, presiden bukan raja masa lalu yang hidup bersenang-senang di istana, tetapi presiden zaman sekarang adalah orang yang berpikir keras siang dan malam yang kerja dua puluh empat jam untuk memikirkan bangsa, apa lagi saat-saat krisis ekonomi sekarang. Presiden ada pelayan masyarakat yang paling bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat, untuk itu ia diberi kekuasaan terbatas oleh undang-undang, sehingga ia dapat bertindak bebas dalam koridor undang-undang.
Karena presiden dilambangkan sebagai kemewahan, orang berbondong-bondong menonjolakan diri untuk jadi presiden, mengurus rumah tangga saja tidak becus, mencalonkan diri pula untuk jadi presiden. Ini sangat bisa dimaklumi, siapa yang tidak suka dengan kemewahan, tinggal di Istana, banyak pengawal, kemana-mana dikawal, rumah tangga dijamin Negara, jamuan makan kenegaraan, bisa berteman dengan raja, presiden dan perdana menteri negeri asing. Asyik nggak tu. Kalau ada acara nasional dan internasional, presiden ditunggu banyak orang wajah terpampang di TV local, nasional dan internasional. Kalau ada presmian proyek besar juga demikian tetapi yang paling mengasyikan adalah menandatangani prasasti diatas relief batu, suat saat nanti mungkin ratusan atau ribuan tahun yang akan dating relief itu masih ada, tanda tangannya masih bisa dibaca orang, karena sudah menjadi situs purbakala dan dimuseumkan, kalau tidak keburu kiamat.
Bagai mana pula dengan presiden oraganisasi sosial, presiden partai, presiden badan eksekutif mahasiswa, yang tidak bebas bertindak, mengambil keputusan atas kesepakatan pengurus yang dulu dikatakan disebut dengan istilah ketua, bukan kepala atau presiden. Mungkin preseden itu lambing kekuasaan, maka yang sudah disebut presiden mungkin mengasosiasikan dirinya sebagai presiden republic yang menganut system presidensial pula, maka berlomba-lomba pula ingin jadi presiden. Presiden atau mantan presiden semacam ini ikut-ikutan pula berlomba atau bertarung menjadi untuk menjadi presiden di negeriku. Kebanyak orang ini lantang pula mengritik sana-sini, yang ia lupa adalah mengkritik dirinya, karena mereka lupa berkaca diri karena kesibukan dan kerasak kerusuk selama ini untuk mencari pendukung dan mencari dana pendukung dan mengemis doa kepada banyak orang.
Inilah nasib negeriku, yang diciptakan oleh anak bangsanya sendiri, karena berawal memplesetkan bahasa kejalur yang tidak benar, sehingga terperangkap oleh makna dan rasa behasa itu sendiri. Kalau negeri ini berantakan jangan dikambing hitamkan Tuhan, dengan kata-kata itu sudah takdir. Itu bukan takdir, itu adalah nasib yang diciptakan sendiri. Sekadar lamunan sendiri dari orang yang tidak mau dan tidak mampu jadi presiden, preseden jenis apapun, semoga lamunan ini tidak menjadi aliran sesat yang menyesatkan, karena di negeri ini sudah banyak orang tersesat di kota yang banyak rambu dan ada peta. Semoga (Dasril Daniel, Jambi, 02 Maret 2009).
Senin, 02 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar