Senin, 09 Maret 2009

DIVERSIFIKASI PRODUK, PASAR, DAN PELAKU

KRISIS ekonomi yang melanda negara maju dan telah berimbas ke Indonesia. Maka sering orang memperbincangan di berbagai media tentang proteksi, penggunaan produksi dalam negeri, penurunan dan uapaya peningkatan ekspor, mencari negara tujuan ekspor baru, mengembangankan industri hasil pertanian untuk mengolah komoditi asalan, dan mengekspor dalam bentuk barang jadi, peningkatan nilai tambah, dan lain sebagainya.

Semuanya yang diperbincangan tersebut merupakan obat untuk mengatasi krisis ekonomi, banyak diperbincangkan karena sekarang sedang dilandan krisis dan selalu ramai diperbincangan ketika ada krisis, kalau keadaan sudah kembali normal, sama-sama pula melupakan, biasa “panas panas tahi ayam” sebentar juga dinging, lupa lagi.

Prinsip yang harus dianut oleh suatu perusahaan, daerah, maupun negara agar perusahaan atau ekonominya selalau meningkat dan berkembang dan memberikan nilai tamba dan meciptakan lapangan kerja dan lain sebagainya . seperti yang diperbincangan tersebut, yaitu dengan melakukan diversifikasi produk, pasar dan pelaku. Kalau lengah maka terjadi stagnan atau terjadi penurunan. Jadi ada atau tidak ada krisis harus diupayakan terus diversifikasi. Pada keadaan tidak krisis ekonomi peluang terjadi keberhasilan diversifikasi lebih tinggi, karena banyak investasi, pasar agak longgar untuk dimasuki karena kurang proteksinis. Tetapi dengan adanya krisis bagi bangsa kita menimbulkan kembali semangat diversivikasi tersebut. Karena kita bangsa pelupa dan suka terlena, barang kali ?. Terlena dijalan raya bisa ditabrak mobil, mengerikan hi hi hi.

Priinsip pembangunan ekonomi di sektor riil, dan didukung oleh sector fiskal dan moneter dari tahun 1968 (Repelita I) sampai sekarang sama. Yang berbeda adalah tinggi rendanya semangat, gonta-ganti kebijakan departemen, gonta ganti kebijakan kepala daerah, kurangnya kordinasi, keterpaduan antara pemerintah dan swasta, sehingga kadang kala yang terjadi kontra produktif dari prinsip tersebut. Misalnya ada daerah yang sangat terlalu bersemangat meningkatkan PAD-nya atau membiarkan semaraknya pungli, sehingga investasi mengendor. Tentu hal ini menghambat diversifikasi.

Program diversifikasi, tidak bisa dijalankan hanya oleh pemerintah saja, baik oleh pemerintah pusat atau daerah tertentu saja, program diversifikasi tidak bisa dikerjakan oleh satu depertemen atau dinas saja, dan program diversifikasi tidak bisa dilakukan oleh swasta saja. Bisa dilakukan dengan keterpaduan diantara semuanya. Untuk terpadu harus ada koordinasi, kata yang sangat mudah diucapkan, sangat sulit dilakukan, sehingga ingin terpadu menjadi teradu, ya beginilah jadinya.

Hobi lain adalah gonta ganti baju, ganti pejabat ganti baju pembangunan, tidak mau meneruskan yang lama, cari versi baru biar dikatakan hebat, karena yang digantikan lawan politik, atau pejabat pada tataran yang berbeda berbeda partai, maka tidak mau ikut daerah dibawahnya. Sehingga kadang kala, diversivikasi mendekat ke tujuan, kadang kala menjauh dari sasaran, kendati sudah diikat dengan Rencana Pembanguanan Jangkan Panjang Nasional (RPJP Nasional). Pada hal RPJP Nasional itu undanga-undang yang mengikat seluruh warga Negara dan Lembaga Negara. Itu karena kita bangsa pelupa.

Kita kenal dengan program agropolitan, klaster industri, pembanguan kawasan terpadu, program agribisnsis, Indonesia in Cooperated , semuanya masuk pada pembangunan ekonomi terpadu, tapi nama program yang dipopulerkan bermacam-macam, yang intinya diversifikasi produk, pasar dan pelaku juga ya itu itu juga, karena tidak paham isi, maka tidak terjadi keterpaduan, apa lagi ada ego sektoral, ego wilayah, dan gengsi dan ketidak atahuna sang kepala, maka tidak tercapai keterpaduan tadi. Diversifikasi diabaikan, sekarang ada sentakan ingat lagi, ya begitu seterusnya. China, India , Malaysia maju pesat, kita maju lambat, syukur masih maju, kan masih banyak pembanding Negara yang mundur.

Kedepan kita tingkatkan kordinasi dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai evaluasi, kita padukan sejak dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai evaluasi, kita hilangkan ego wilayah, ego sector insyaalah, pemabunan ekonomi akselerasinya akan lebih tinggi, mampu keluar dari krisis sebagai pemenang malalui diversivikasi produk, pasar dan pelaku. Semoga. (Dasril Daniel, Jambi, 09/03/09)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar