Jumat, 20 Maret 2009

KRISIS ITU RAHMAT

Umumnya lonjakan ekonomi dan teknologi terjadi sesudah krisis berlalu, namun sebaliknya bisa terjadi juga lonjakan pasien rumah sakit jiwa diwaktu krisis, apakah benar krisis itu rahmat. Ada orang tertekan dengan adanya krisis, sehingga menjadi pasien rumah sakit jiwa tersebut diatas, keluarganya berantakan, harta habis dan bahkan ada yang sampai bunuh diri.

Krisis itu memang menyakitkan dan membuat orang jadi tertekan, tetapi dengan kondisi tertekan tersebut akan timbul daya dorong dan kreatifitas, suatu naluri untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Oleh sebab itu krisis yang melanda kita harus disikapi dengan pemikiran positif dan tetap memelihara harapan.

Tidak sedikit orang korban PHK, menjadi pengusaha sukses. Waktu di PHK, dengan modal kecil memulai usaha dengan kecil-kecilan, pedagang asongan, atau pedagang kaki lima, kemudian dia berkembang. Pada saat krisis ekonomi, daya beli masyarakat menurun, maka yang biasa makan di hotel restoran berbintang, sekarang makan di restoran kecil, yang biasa makan di retoran kecil, makan di rumah / atao pondok makan kaki lima. Yang biasa makan makanan impor, sekarang mengkonsumsi produk dalam negeri.

Di bidang pariwisata juga demikian, orang kaya yang biasa melancong keluar negeri, dalam keadaan krisis cukup berlibur di dalam negeri, makan-makanan local, member kehidupan kepada usaha kecil menengah.

Jadi krisis akan bisa juga menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja baru, tetapi peluang yang besar tersebut adalah sector usaha kecil dan informal. Sehingga sector informal menjadi katup pengaman ekonomi nasional. Usaha kecil-kecil dan informal ini lah yang akan berkembang menjadi usaha kecil menengah dan formal.

Dalam kondisi krisis akan terjadi lonjakan, kalau mayarakat merespon krisis dengan positif dan pewmerintah khususnya pemerintah kabupaten/kota memfasilitasi untuk itu dengan membuat kebijakan-kebijakan khusus atau darurat untuk mengantisipasi keadaan krisis. Jadi kebijakan pemerintah diwaktu krisis tidak sama dengan kedaan normal.


Masing-masing tingkat pemerintahan tersebut membuat kebijakan “tanggap krisis” kalau pemerintah pusat dikenal dengan kebijakan stimulus ekonominya, tampaknya pemerintah daerah tidak terdengar atau terbaca ada kebijakan tanggap krisis dalam rangka menghadapi krisis ekonomi sekarang ini. Sedangkan usaha kecil informal tersebut mereka berhadapan dengan pemerintah daerah.

Tugas lain pemerintah daerah adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi usaha mikro, kecil dan menengah, sampai saat ini belum ada kebijakan tanggap darurat bagi mereka hamper semua sector, apakah tertutup dengan “pesta besar” demokrasi saat ini, sehingga kepala daerah yang rata-rata elit politik sibuk memikirkan pemenangan pemilu entah juga. Tetapi kalau tidak ada kebijakan tanggap krisis oleh pemerintah daerah, maka krisis ekonomi sekarang tidak menjadi rahmat, sebaliknya menjadi petaka. Semoga tidak demikian.

Apapun keadaan, jangan sandar kan hidup ini kepada orang lain, termasuk pemerintah, karena bisa menjadi orang yang lemah, sinis, manja, perengek dan suka menuntut, dan tidak pernah maju dan mandiri. (Dasril Daniel, Jambi, 20 Maret 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar