Rabu, 06 Mei 2009

KALAH BUKAN KIAMAT

Hidup adalah persaingan, baik sesama manusia, maupun dengan hewan dan tumbuhan. Manusia ingin jadi pemenang dalam perseingan itu, sehingga manusia selalu berlomba untuk mendapatkan sesuatu. Baik berupa kekayaan, kesenangan, pacar atau apa saja. Semuanya ingin mendapatkan yang terbaik, terbanyak, tertinggi terbesar, tercantik dan lain sebagainya.

Hanya saja dalam perlombaan itu tidak selalu mendapatkan apa yang dinginkan, karena keterbatasan kemampuan dan ada tangan Tuhan yang mengatur diatasnya. Waktu tidak mendapatkan apa yang dinginkan tersebut, manusia memvonis dirinya kalah. Kekalahan sering disikapi dengan keputus asaan, yang diakhiri dengan menciptakan kiamat sendiri dengan bunuh diri.

Kita bisa merefleksikan pikiran kita pada masa lalu, banyak penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan, setelah penelitinya gagal berulang-ulang kali.

Banyak hasil karya sastra besar, hasil tulisan sastrawan tersebut ditolah berkali-kali oleh penerbit.

Kita perhatikan pula negara-negara yang kalah pada perang dunia menjadi negara maju, melebih kemajuannya dari negara yang mengalahkannya pada perang dunia tersebut, seperti Jepang dan Jerman.

Apa yang kita lihat sekarang ini, banyak caleg yang kalah dalam pemilu menderita sakit jiwa, Ujian nasional dijadikan momok oleh sementara orang, yang membuat murid-murid kelas terakhir menjadi strees berat, sedang tidak lulus ujian nasional bukan berarti kiamat. Buruh PHK, pejabat kehilangan jabatan, menjadi muram, karena mereka menganggap kehilangan pekerjaan atau jabatan itu adalah kiamat.

Bagi yang menyikapi hal yang tidak mengenakan dalam hidup atau keinginan yang belum atau tidak tercapai, secara positif, hanya dianggap proses hidup, proses pematangan, keberhasilan yang tertunda dan sikap positif lainnya, mereka tidak stress atau dipresi maka akan timbul pemikiran-pemikiran baru yang cemerlang, ada daya dorong baru dalam dirinya, sehingga tercipta loncatan-loncatan baru dalam hidup. Korban PHK menjadi pengusaha sukses. Orang kehilangan jabatan menciptakan gagasan baru.

Kekakalah, kegagalan, tidak tercapai keinginan bukanlah kiamat, kecuali yang punya diri sudah memvonis itu adalah kiamat.


Akal manusia tidak pernah mati, kecuali kalau ia mematikan akalnya sendiri. Sehingga kalau bertemu dengan masalah hambatan atau masalah jangan sebut mati aku, tetapi pikirkan apa akal.

Hidup ini tidak selalu senang, tetapi susah diperlukan juga, seperti yang dikatakatan budayawan Prof Dr Soejatmiko (alm), susah itu, diantara dua senang, senang itu diatara dua senang. Senang dan susah sesuatu yang relatif, tidak ada dikatakan senang kalau tidak ada susah, tidak ada susah kalau tidak ada senang, maka hidup susah juga diperlukan, untuk merasakan kenikmatan senang. Senang-senang susaha, susah-suasah senang, Senang susah, susah senang, nikamati saja. Itulah hidup. (Dasril Daniel)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar