Minggu, 19 Oktober 2008

RESESI EKONOMI GLOBAL

Terjadinya resesi ekonomi global yang dipicu oleh jatuhnya ekonomi negara raksasa Amerika Serikat sudah semakin terasa pada perkembangan ekonomi global, seperti ditandai dengan turunnya indek saham di berbagai negara, tingkat inflasi yang tinggi, menurunnya berbagai harga komoditi ekspor.

Mau tidak mau, suka tidak suka akan dirasasakan oleh Indonesia, karena Indonesia menganut ekonomi terbuka, terjadinya mutasi uang dan barang yang bebas antara Indonesia dan negara lain. Tanda-tanda awal sudah dirasakan, yakni turunnya indeks saham di Bursa Indonesia, turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, turunnya mendadaknya dan sangat besar harga komoditi utama seperti CPO, karet, hasil tambang, minyak bumi dan mungkin akan diikuti oleh turunnya cadangan devisa, meningkatnya suku bunga kredit, berkurangnya masuk investor asing, menurunnya pertumbuhan ekonomi, bertambahnya pengangguran, serta dampak lain yang serba tidak mengenakan.

Masalah ekonomi, tidak masalah tunggal tetapi masalah multi dimensi dan dimensi sangat banyak, baik penyebab, akibat dan solusinya. Sehingga bisa menjadi lahan yang sangat luas pula untuk diperdebat dan saling menyalahkan.

Kita sudah belajar dari resesi ekonomi regional pada tahun 1998, Indonesia adalah negara yang paling lama keluar dari resesi ekonomi dibanding berbagai negara lainnya seperti Korea Selatan, Vietnam, Malaysia, Thailand dan lain-lain. Salah satu penyebabnya karena di negeri ini resesi lebih diantisipasi dengan saling menyalahkan oleh para elite, tetapi kurang berbuat. Biasa kita NATO ( no action talk only). Kalau terjadi resesi lagi pada tahun 2008 atau 2009 ini apakah kita akan saling menyalahkan dan tidak berbuat, atau kita akan terjatuh pada lubang yang sama pada tahun ini, kita tunggu reaksi para elite kita.

Kalau diperhatikan keadaan bangsa saat ini menjelang pemilu legislatif dan presiden tahun 2009, sangat dan sangat memungkinkan resesi ekonomi dimanfaatkan sebagai wahana untuk saling menyalahkan. Tanda-tanda awal akan hal ini sudah terlihat dengan statemen-statemen di media, kendati kadarnya masih rendah dan masih dengan menggunakan bahasa yang santun dan belum membingungkan masyarakat maupun dunia usaha. Kalau statemen itu sudah berdampak membingungkan masyarakat dan dunia usaha dampak resesi ekonomi global akan lebih parah.

Masalah ekonomi global bukan hal yang tabu untuk diperdebatkan, kita negara demokrasi dan “bebas berpendapat” siapapun yang berpendapat melalui media apa saja tidak akan dilarang polisi. Namun berpendapat disembarang tempat, media dan suasana, hasilnya bisa tidak seperti yang diharapan, termasuk pilihan kata yang digunakan. Perdebatan masalah resesi ekonomi global, dampaknya terhadap ekonomi Indonesia serta antisipasinya ada yang pantas di perdebatkan di ruang seminar, rapat dinas, rapat parlemen dan media, tidak semua tataran elok diperdebatkan dimedia yang akan menyebabkan masyarakat dan dunia usaha bingung.

Lihat masalah resesi ekonomi global, dampak terhadap ekonomi nasional dan daerah, solusi antisipasinya sehingga ekonomi kita tidak tambah hancur secara menyeluruh dan tidak sepotong-sepotong yang membukan peluang saling menyalahkan, sabar berbuat dan berdoa. Jangan habiskan energi untuk saling menyalahkan kendati sedang menghadapi pemilu.

Siapapun yang berkuasa, kalau hobi saling menyalahkan dilanjutkan, siapapun yang berkuasa, siapapun yang menjadi presiden atau kepala daerah, siapapun partai yang berkuasa tidak akan nyaman, pemerintah tidak akan berwibawa, kebijaksanaan pemerintah yang baikpun akan ada yang menyalahkan, tidak tercipta pemerintah yang kuat, rakyat akan morat-marit, ekonomi hancur, semua akan tambah sengsara. Hal ini tentu tadak diaharap oleh semua kita.

Resesi ekonomi harus diahadapi dengan (a) meningkatkan efisiensi disektor pemerintah dan dunia usaha. (b) menciptakan kondisi yang lebih kondusif bagi dunia usaha sehingga ia dapat bekerja lebih efisien lagi. (c) mengerakan investasi lokal dan nasional, karena investasi asing sulit diharapkan. (d) meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, karena pasar ekspor terganggu dan untuk mengurangi penggunaan devisa. (e) mengurangi kebinguan masyarakat dan dunia usaha, sehingga mereka dengan penuh keyakinan menggerakan usahanya. (f) meningkatkan kreatifitas pemerintah dan dunia usaha mencari alternatif solusi. (g) kurangi hobi saling menyalahkan. (h) sabar, istiqamah, berbuat dan berdoa. Semoga bangsa, negara dan daerah kita terhindar dari dampak negatif resesi ekonomi global. Amin.

Jambi, 8 Oktober 2008

Dasril Daniel*

Pengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Politik Nurdin Hamzah Jambi.

Diterbitkan oleh Harian Jambi Ekspres 9 Oktober 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar